TRIBUNNEWS.COM,WASHINGTON - Serangan militer Amerika Serikat (AS) ke wilayah Suriah yang disebut sebagai serangan balas dendam atas aksi penggunaan senjata kimia oleh Suriah, mengarah ke sebuah pangkalan udara.
Sebanyak 59 rudal kendali Tomahawk menghantam kawasan pangkalan udara Shayrat, di wilayah tenggara Provinsi Homs.
Serangan AS ini dibawah perintah Presiden Donald Trump ditembakkan dari kapal perang USS Ross dan USS Porter, dua kapal perusak angkatan laut di Timur Mediterania.
Rudal menargetkan pesawat tempur, sistem pertahanan udara dan perlengkapan strategis lainnya milik Suriah di pangkalan udara Shayrat di Homs, Suriah Barat.
Pangkalan udara ini diyakini tempat pesawat yang terlibat dalam serangan kimia Selasa (4/4/2017) lalu, kata Pentagon.
Tujuan serangan itu adalah "untuk menggentarkan rezim (Suriah) sehingga tidak menggunakan senjata kimia lagi."
Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Presiden AS Donald Trump mengklaim pangkalan udara tersebut merupakan tempat serangan senjata kimia berasal.
Para analis militer CNN mengatakan Tomahawk adalah pilihan persenjataan yang baik diambil oleh Amerika.
"Ini sesuai peruntukan Tomahawk dibuat. senjata itu meluncur rendah dan target tidak akan meleset tanpa ada risiko awak udara,"kata pensiunan US Air Force Letkol Rick Francona.
Tomahawk adalah rudal atau peluru kendali jelajah atau dalam istilah internasional dikenal sebagai Cruise missile buatan Amerika Serikat yang dipakai oleh angkatan laut AS.
Tomahawks memiliki kisaran jelajah sekitar 800 mil (1.250 kilometer) hingga 1500 mil (2.500 kilometer).
Tomahawk ditembakkan dari laut dan perjalanan relatif rendah dan dipandu oleh sistem navigasi canggih, yang berarti AS dapat menargetkan pangkalan udara Suriah dari jauh.
"Yang penting tentang Tomahawks adalah bahwa rudal ini tidak selalu meluncur dari titik A ke titik B dalam garis lurus," ujar pensiunan US Army, Mayjen James"Spider" Mark.
Rudal ini pertama kali digunakan oleh Amerika Serikat dalam operasi Desert Storm dan sejak itu resmi beroperasi. Inggris juga telah membeli Tomahawks dari Amerika Serikat.
Tomahawk sanggup mengangkut beban untuk hulu ledak konvensional sampai 500 kg.
Meskipun Tomahawks memiliki kemampuan untuk membawa muatan nuklir, pembuat kebijakan memnghapus kemampuan rudal nuklir, menurut Center for Strategic and International Studies'.
Meskipun Tomahawks telah dipakai selama bertahun-tahun, versi yang lebih baru telah dilengkapi dengan sistem komunikasi yang lebih baik.
Setiap unit biayanya sekitar 569.000 dolar AS pada 1999, menurut Marinir AS.
Kalau sekarang setara dengan sekitar 832.000 dolar AS atau senilai Rp10.816.000.000 (1 Dolar=Rp13.000) per unitnya.(CNN)