"Ya Tuhan. Apa yang kamu lakukan? Ini semua salah. Ya Tuhan. Lihat apa kalian lakukan kepadanya, kalian melukai mulutnya," ujar perempuan itu.
Manajemen United Airlines awalnya meminta empat penumpang untuk secara sukarela turun dari pesawat dan terbang keesokan harinya.
Sebagai kompensasi, maskapai menyediakan uang tunai 800 dolar dan semalam menginap di sebuah hotel. Namun, tak ada yang menanggapi tawaran tersebut.
Petugas kemudian melakukan pemilihan acak dengan menggunakan komputer. Tiga orang menerima tawaran itu tetapi satu orang menolak.
Akibat penolakan, petugas dari kepolisian udara Chicago masuk ke dalam kabin. Tyler Bridge, pengunggah video yang juga penumpang di dalam penerbangan itu, mengatakan wajah pria tersebut berdarah.
"Semua penumpang terkejut dan merasa iba. Di dalam pesawat itu terdapat beberapa anak-anak yang terlihat sangat takut akibat insiden tersebut," ujar Bridge.
Seorang penumpang sempat bertanya apakah manajemen United Airlines tak bisa menyewa mobil untuk para pilotnya ketimbang mengusir penumpang yang sudah ada di dalam pesawat.
Seorang penumpang bernama Jayse D Anspach lewat akun Twitter-nya menuliskan: "Tak ada yang mau (pergi), jadi @United memutuskan untuk memilih. Mereka memilih seorang dokter Asia dan istrinya."
Saat petugas menyeretnya, wajah pria itu menghantam sandaran tangan yang membuat mulutnya terluka.
"Nampaknya dia pingsan karena dia terlihat lemas dan tak bergerak. Mereka lalu menyeretnya seperti menyeret boneka," ujar Anspach.
Saat itu, manajemen United Airlines mengatakan, mereka sudah menjalankan prosedur yang sudah ditetapkan.
Namun kemudian, CEO United Airlines Oscar Munoz meminta maaf atas insiden memalukan tersebut.
"Ini adalah sebuah peristiwa yang tak diharapkan terjadi di United Airlines. Saya meminta maaf karena harus memindahkan pelanggan kami," ujar Munoz.
"Tim kami sedang menyelidiki sesegera mungkin tentang apa yang telah terjadi," tambah dia.