TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Jika selama ini program rudal-rudal balistik yang diklaim mampu membawa hululedak nuklir lebih lekat dengan nama Korut, sesungguhnya Korsel pun juga mengembangkan teknologi senjata serupa.
Dikenal dengan nama program Hyunmoo (Malaikat Penjaga Langit Utara), Korea Selatan (Korsel) menugaskan ADD (Agency for Defense Development) untuk mengembangkan rudal balistik yang mampu menjangkau seluruh wilayah Korut.
Program ini dijadikan kartu truf apabila perang kembali pecah dan kedua negara akhirnya beradu.
ADD mengembangkan Hyunmoo sejak 1982, tetapi AS mengontrol pengembangan rudal balistik tersebut dengan sangat ketat.
Pasalnya, sebagian besar komponen dan teknologi yang digunakan untuk membuat Hyunmoo berasal dari AS.
Akibatnya, selama dekade 1980-an Korsel harus puas dengan rudal Hyunmoo yang punya jarak jangkau hanya 180 km.
Namun begitu, ketika Korut mengakselerasi program senjatanya, Korsel pun akhirnya mendorong agar mereka juga mampu mengimbangi Korut.
ADD merilis Hyunmoo-2, rudal balistik yang punya jarak jangkau sampai 500 km.
Pengembangan dilakukan secara rahasia. Kali ini dengan mendekati sebuah negara Eropa yang tidak disebutkan namanya.
AS justru baru tahu pengembangan rudal ini ketika foto satelit mata-matanya menangkap fasilitas pengujian mesin roket.
Korsel pun sukses mendorong batasan jarak rudalnya menjadi 300 km.
Dengan keefektifan Hyunmoo-2, maka rudal balistik inipun dijadikan elemen strategis dari sistem deterens Korsel apabila Korut hendak menyerang.
Hyunmoo-2 adalah kunci dari Kill Chain Preemptive Strike System.
Sistem ini memungkinkan Korsel lebih dulu menyerang dengan meluncurkan rudal balistik ke fasilitas-fasilitas silo peluncuran rudal dan reaktor nuklir Korut.