TRIBUNNEWS.COM - Setelah situasi sempat mendingin di Semenanjung Korea melalui sejumlah pendekatan diplomatik dari negara-negata yang ada di kawasan.
Korea Utara kembali berulah dengan meluncurkan rudal balistik barunya pada minggu pagi 14 Mei.
Rudal tersebut berhasil meluncur selama 30 menit, mencapai rekor ketinggian yang belum pernah dicapai rudal Korut sebelumnya, dan kemudian jatuh ke Laut Jepang.
Peluncuran tersebut diamati ketat oleh Jepang dan Korea Selatan.
Keberhasilan peluncuran rudal ini setidaknya berarti dua hal. Pertama, inilah keberhasilan peluncuran pertama setelah percobaan dalam minggu-minggu sebelumnya menemui kegagalan.
Korut sendiri tercatat melakukan uji tembak pada bulan Februari dan Maret dengan rudal yang berjangkauan lebih pendek.
Korut menyatakan bahwa peluncuran rudal ini bertujuan untuk memverifikasi kemampuan rudal untuk membawa hululedak nuklir berukuran besar.
Yang kedua, trayektori dan jarak luncur rudal tersebut memecahkan rekor sebelumnya.
Pejabat pemerintah Jepang yaitu Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa rudal yang diluncurkan dari pantai Barat Korut secara nyaris vertikal tersebut berhasil mencapai ketinggian 2.000km.
Jika diterjemahkan dalam jarak peluncuran dengan pola rudal balistik bisa mencapai jarak 4.000-4.500km.
Titik jatuh rudal tersebut ada di luar batas Zona Ekonomi Eksklusif Jepang, dan lebih mendekati posisi Rusia yakni 97km di sebelah Selatan kota Vladivostok.
Rudal baru ini memiliki kapabilitas yang melebihi rudal Musudan yang memiliki jarak jangkau 3.000 km.
Menurut David Wright, wakil direktur Program Keamanan Global di Union of Concerned Scientist mengatakan bahwa rudal ini memiliki jangkauan untuk mencapai markas militer Amerika Serikat di Guam yang nilainya sangat strategis bagi Paman Sam.
Peluncuran rudal ini nampaknya juga merupakan semacam ‘ucapan selamat datang’ dari Korut kepada Presiden baru Korea Selatan, Moon Jae-in yang sebenarnya sudah mencoba melakukan pendekatan diplomasi dan sikap yang lunak kepada negara tetangganya tersebut.