TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Sebanyak 11 tentara Filipina tewas dan tujuh lainnya terluka akibat sebuah serangan udara yang salah sasaran, Kamis (1/6/2017).
Juru bicara militer Filipina Brigjen Restituto Padilla mengatakan, sebuah jet tempur Marchetti S-211 sedang dalam misi pengeboman terhadap posisi militan Maute di kota Marawi, Rabu (31/5/2017).
Celakanya, salah satu bom mendarat di posisi tentara yang sedang terlibat baku tembak jarak dekat dengan militan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana memerintahkan penyelidikan dan bersikukuh korban tewas adalah 10 tentara.
"Ada dua pesawat terbang di wilayah itu. Pesawat pertama menjatuhkan bom dengan akurat. Sementara bom kedua meleset dan menghantam tentara," ujar Lorenzana dalam jumpa pers di Manila.
Lorenzana menambahkan, tak ada kesalahan komunikasi baik dari pilot maupun para perwira di darat yang mengakibatkan tragedi itu.
Sebelumnya, saat melakukan serangan di kawasan permukiman, tentara menggunakan bom berpemandu sehingga tembakan menjadi sangat akurat.
Sayangnya, militer kehabisan amunisi berteknologi tingga dan akhirnya terpaksa menggunakan bom konvensional.
"Ini sangat menyakitkan, sangat menyedihkan karena korban jatuh dari pasukan kita. Terkadang dalam perang banyak hal bisa terjadi," ujar Lorenzana.
Lorenzana, yang juga penanggung jawab darurat militer, mengatakan, dia memberikan sepenuhnya keputusan kepada para komandan militer terkait penggunaan serangan udara setelah tragedi ini.
"Ini adalah kali pertama militer mengalami kecelakaan semacam ini," tambah Lorenzana.
Sejak krisis ini pecah 10 hari lalu, sebanyak 21 personel militer Filipina tewas dan 72 orang lainnya terluka.
Sementara itu, dari kubu kelompok militan yang merupakan gabungan antara kelompok Maute dan Abu Sayyaf sebanyak 89 orang tewas.