TRIBUNNEWS.COM - Bom jalanan, yang diduga ditanam oleh gerilyawan, menewaskan enam tentara Thailand dan melukai empat lainnya pada Senin di Provinsi Pattani di Thailand selatan.
Gerakan pemberontak, yang telah berlangsung puluhan tahun di daerah yang penduduknya sebagian besar adalah suku Melayu; Yala, Pattani dan Narathiwat, telah menewaskan lebih dari 6.500 orang sejak tahun 2004.
Kepala kepolisian daerah setempat, Kolonel Pruk Liangsukwho, menjelaskan, peristiwa terkini itu terjadi ketika bom, yang ditanam di jalanan meledak saat serombongan tentara melakukan ronda berkala.
"Kemungkinan dilakukan kelompok kekerasan di daerah itu, karena wilayah tersebut masuk dalam daerah merah," kata Pruk kepada wartawan, mengacu daerah dengan tingkat kekerasan pemberontak yang sangat.
Juru bicara militer belum memberikan tanggapan.
Seperti kebanyakan kekerasan di Thailand selatan, tidak ada pengakuan tanggung jawab atas serangan yang dilakukan.
Kekerasan memanas di tiga provinsi wilayah selatan dalam beberapa dasawarsa belakangan dan semakin gencar pada 2004 namun jarang meluas ke luar wilayah selatan.
Serangan bom mobil bulan lalu melukai puluhan orang di luar sebuah supermarket di kota Pattani.
Kekerasan di wilayah selatan biasanya meningkat saat bulan suci Ramadan, yang tahun ini akan berakhir pada Minggu mendatang.
Pemerintah militer Thailand sejak 2015 mengadakan perundingan dengan ditengahi Malaysia untuk mengakhiri kekerasan, namun upaya itu sebagian besar mengalami kendala. (*)