TRIBUNNEWS.COM - Kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines terjadi pada 25 Desember 2024, ketika pesawat dengan nomor penerbangan 8243 jatuh di Kazakhstan.
Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Baku, Azerbaijan, menuju Grozny, Rusia, dengan membawa 67 penumpang dan awak.
Dari jumlah tersebut, 29 orang selamat sementara 38 lainnya tewas.
Pengalaman Korban Selamat
Dalam wawancara eksklusif dengan New York Times yang diterbitkan pada 27 Desember, beberapa korban selamat menceritakan pengalaman mereka.
Pramugara Zulfugar Asadov, pramugari Aydan Rahimli, dan penumpang Subhonkul Rakhimov berbagi kisah menegangkan mereka.
Zulfugar Asadov
Asadov, yang kini dirawat di rumah sakit, mengungkapkan rasa syukurnya.
"Saya bersyukur masih hidup," katanya dalam wawancara telepon.
Subhonkul Rakhimov
Rakhimov, penumpang yang duduk di bagian belakang pesawat, menggambarkan momen kacau saat kecelakaan.
"Saya pikir itu doa terakhir saya," ujarnya, mengingat bagaimana dia langsung berdoa setelah mendengar suara keras dan melihat kerusakan pesawat.
Aydan Rahimli
Rahimli menceritakan pengalaman saat dia terbangun sudah di luar pesawat.
"Saya membuka mata dan melihat para pekerja. Saya bertanya di mana saya berada dan mereka mengatakan bahwa kami berada di Aktau," ungkapnya.
Baca juga: Investigasi Jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines: Simak Temuan Pentingnya
Keluarga Korban
Putri Asadov, Konul, menggambarkan momen saat dia mengetahui bahwa ayahnya selamat.
"Ketika saya mendengar suaranya, saya pikir saya sedang ditipu," katanya.
Konul menambahkan bahwa dia biasanya menghubungi ayahnya sebelum penerbangan, tetapi tidak melakukannya pada hari itu karena cuaca cerah.
Penyelidikan Kecelakaan
Saat ini, penyelidikan atas kecelakaan tersebut sedang berlangsung oleh pejabat Azerbaijan, Kazakhstan, dan Rusia.
Azerbaijan Airlines menyatakan bahwa hasil awal menunjukkan adanya gangguan eksternal, baik fisik maupun teknis.
Sementara itu, Gedung Putih mengindikasikan kemungkinan bahwa sistem pertahanan udara Rusia menjatuhkan pesawat tersebut.
Juru bicara keamanan nasional, John Kirby, menyatakan bahwa AS memiliki bukti awal yang mendukung penilaian ini, meskipun penyelidikan masih berlangsung.
"Ini adalah situasi yang sangat kompleks, dan kami akan membiarkannya begitu saja untuk saat ini," ujar Kirby saat ditanya tentang informasi intelijen yang mendukung kesimpulan tersebut.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).