Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tiba di Jepang akhir Maret lalu, belajar bahasa Jepang mulai awal April, cepat sekali dapat kerja di sebuah hotel di Tokyo Disneyland, lalu cari sendiri kerja di Tokyo langsung diterima di Maid Cafe Sugoi Kawaii di Akihabara Tokyo.
"Saya sebenarnya diterima kerja di beberapa tempat tapi masalah jam masuk kerja sehingga akhirnya memilih di Maid Cafe ini. Kalau tempat lain tak keburu setelah sekolah bahasa Jepang tak terkejar waktu kerjanya. Bahkan ada restoran yang ingin sekali saya bekerja di sana meminta agar jam sekolah saya dimajukan bisa tidak. Ya tentu tak bisalah ya. Maka pilihan saya ke kafe ini dengan honor per jam 1000 yen plus uang transpor ke kafe ini," papar Ajeng Cornelvein Teiwilang (24) khusus kepada Tribunnews.com sore ini (30/6/2017).
Bagaimana dengan kerjanya di sebuah hotel di Tokyo Disneyland tersebut?
"Karena rumah saya tidak jauh dari Tokyo Disneyland, saya kerja naik sepeda saja hanya 30 menit ke sana. Kalau panas nanti wah bagaimana ya bisa keringatan habis mungkin," ungkapnya sambil tersenyum manis.
Di tempat kerja nya di Disneyland memang banyak orang asing di sana sehingga penggunaan bahasa Inggris banyak dipakai meskipun Ajeng (nama panggilannya) berdomisili di Tokyo saat ini.
"Saya berusaha sekuat mungkin belajar bahasa Jepang karena memang tujuan saya ke Jepang untuk belajar bukan untuk kerja ya. Mudah-mudahan bisa cepat pintar deh belajar bahasa Jepang yang praktis dari nol sih saat ini," papar gadis dari ayah Ambon Ibu Jepara, dan kakek Manado, asal dari Serpong Tangerang itu.
Ajeng merasa sangat senang bisa belajar dan bekerja di Jepang saat ini. Dia berusaha untuk menabung supaya bisa mendiri hidupnya di Jepang.
"Tentu saat ini karena masih dua bulan kerja belum dapat banyak uang, kadang khusus untuk uang sekolah misalnya uang buku, uang study tour ya masih minta orangtua sih. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari sedikit-sedikit pakai uang hasil kerja saya ini," papar Ajeng lagi yang punya tiga adik lelaki.
Lalu awalnya ke Jepang bagaimana?
"Saya dulu lulusan Universitas Pariwisata Sahid, lalu ada tawaran sekolah bahasa Jepang ke Jepang ya saya ikut saja dan berhasil diterima. Mungkin ini takdir saya ya. Karena memang sebelumnya sih kalau bisa ke Eropa atau ke Amerika, eh malah ke Jepang. Tapi senang juga sih bisa merasakan negeri Sakura ini," ceritanya lagi.