TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beragam kenangan masa kecil Barack Obama kembali muncul ketika mantan presiden Amerika Serikat itu berkunjung ke Indonesia. Setidaknya itulah yang dia tuturkan dalam Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta, Sabtu (1/7/2017).
Kepada 4.000 hadirin di ruangan kongres di sebuah mal di Jakarta Selatan, Presiden Amerika Serikat ke-44 itu mengaku bahwa kunjungan ke Indonesia adalah hal yang sangat pribadi baginya.
"Saya senang berada di sini... Indonesia bagian dari diri saya."
"Dan penting sekali untuk membawa keluarga saya (ke Indonesia), sehingga mereka punya bayangan mengenai siapa saya sepenuhnya."
Dia mengisahkan saat dulu tinggal di Menteng Dalam, "Kami bermain sambil telanjang kaki, naik becak, bemo. Tapi lalu tiba-tiba banjir. Kami harus berlari, mengejar menangkap ayam karena pada kabur," kata Obama, yang diiringi suara tertawa para hadirin sambil bertepuk tangan.
Obama melihat Jakarta saat ini sudah mengalami banyak kemajuan. Bahkan, dia mengaku terkejut ketika kembali mendarat di Jakarta. "Semuanya sudah berbeda."
"Sekarang Jakarta jadi pusat ekonomi, banyak jalan layang. Dulu di Indonesia orang harus bertahan dengan upah beberapa rupiah saja per hari. Dunia luar rasanya sangat jauh. Tapi sekarang Indonesia sudah besar."
Dia bercerita, ketika "mendarat pertama kali di Jakarta tahun 1967, bangunan yang tinggi itu hanya Hotel Indonesia, Sarinah, dan patung Hanoman (Pancoran). Tapi sekarang, parung Hanoman sudah dipacu jalan layang. Beda dari dulu," ceritanya disambut gelak tawa penonton.
Meskipun tidak lagi mengenal tampilan Jakarta dan Indonesia saat ini secara fisik, dia masih merasakan kehangatan yang sama dari orang-orang Indonesia.
"Waktu saya ke Prambanan dan Borobudur, saya makan banyak. Ke mana-mana orang teriak, sate Obama, bakso, tempe, sate Pak. Jadi (saya) makan banyak," tuturnya dalam bahasa Indonesia sambil sesekali tertawa.
Memikat, meski tak lagi presiden Bagi publik Indonesia, kedatangan Obama adalah hal yang dinanti-nanti.
Tanpa diminta, ribuan hadirin dalam Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta langsung berdiri, bertepuk tangan sangat kencang, ketika Obama masuk ke ruangan untuk berpidato.
Tidak hanya di ruangan kongres, sejak memulai kunjungannya di Indonesia, 23 Juni lalu, sambutan masyarakat terhadap Obama, bisa disebut besar dan positif, meskipun dia tidak lagi menjabat orang nomor satu Amerika Serikat.
Itu dirasakan Aldo, yang juga hadir saat pidato Obama di Universitas Indonesia, 2010 lalu.
"Semangat orang dari waktu itu sampai sekarang sama saja. Bedanya sekarang Obama lebih nyantai karena tidak lagi presiden," tutur Aldo.
Aldo menilai Obama disambut hangat di Indonesia, selain punya sejarah masa kecil di Jakarta, "Obama juga bisa memposisikan dirinya tidak hanya sebagai pemimpin negara maju, tetapi juga bagian dari negara berkembang."
Sementara, Ayi Putri Cakrawardana, seorang diaspora Indonesia yang tinggal di Washington DC menilai Obama tetap mendapat sambutan baik di dalam negeri karena dia punya ikatan emosional dengan Indonesia.