News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Sedih Seorang Perempuan yang Diperkosa di Hari Pernikahannya

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

Tonny ingin meminang saya, tapi saya menyuruhnya untuk membeli majalah, membaca kisah saya dan memberitahu saya apakah ia masih mencintai saya. Ia kembali dan mengatakan bahwa ia masih ingin menikahi saya.

Tapi saya mengatakan kepadanya: "Dengar, ada hal lain - saya tidak bisa punya anak, jadi saya tidak bisa menikah denganmu."

"Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan," katanya. "Jika kita mendapatkannya, Amin. Jika tidak, saya akan punya lebih banyak waktu untuk mencintaimu."

Saya berpikir: "Wow," Jadi saya menerima pinangannya.

Tonny pulang untuk memberi tahu orang tuanya, mereka sangat gembira, sampai mereka mendengar cerita tentang saya. "Kamu tidak bisa menikahinya, ia sudah dikutuk," kata mereka. Ayah mertua saya menolak menghadiri pernikahan, tapi kami tetap melanjutkannya. Ada 800 tamu yang datang ke pernikahan kami, mereka yang datang kebanyakan diliputi rasa penasaran.

Tiga tahun sudah pernikahan pertama saya berlalu dan saya sangat takut. Saat pemberkatan di gereja, saya berpikir: "Saya di sini lagi, Bapa, tolong jangan biarkan ia mati." Saat jemaat berdoa untuk kami, tangis saya pecah.

Setahun setelah kami menikah, saya merasa tidak enak badan dan pergi ke dokter. Yang mengejutkan dokter mengatakan saya hamil.

Seiring berjalannya bulan, saya diberi banyak istirahat, karena bekas luka tusukan di rahim saya. Tapi semua berjalan dengan baik, dan kami memiliki bayi perempuan yang kami namai Tehille. Empat tahun kemudian, kami memiliki seorang bayi perempuan, kami beri nama Towdah.

Kini, saya dan ayah mertua saya menjadi teman baik.

Saya menulis sebuah buku, berjudul Crawling out of Darkness(Merangkak di Kegelapan) yang mengisahkan tentang berbagai cobaan berat yang saya alami, untuk memberi harapan kepada orang-orang untuk bisa bangkit kembali.

Saya juga mulai merintis sebuah organisasi bernama Kara Olmurani. Kami bekerja dengan para penyintas perkosaan, bukan korban perkosaan. Kami menawarkan konseling dan dukungan. Kami ingin membangun sebuah rumah bagi mereka agar mereka bisa datang dan menemukan pijakan sebelum kembali menghadapi dunia.

Saya sudah memaafkan orang-orang yang memperkosa saya. Itu memang tidak mudah tapi saya menyadari tidak bermanfaat marah kepada orang-orang yang mungkin tidak peduli. Agama saya mengajarkan untuk memaafkan dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi dengan kebaikan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini