TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA - Sedikitnya tiga warga Palestina terbunuh dan ratusan lainnya terluka di tengah demonstrasi massa memprotes pengamanan tentara Israel di kompleks Masjid Al-Aqsha.
Dalam insiden pertama, seorang warga Israel membunuh seorang pria Palestina berusia 18 tahun di lingkungan Ras al-Amud di Yerusalem Timur yang diduduki, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Kematian Muhamd Mahmoud Sahraf dikonfirmasi oleh pihak keamanan Israel dan Bulan Sabit Merah.
"Seorang warga Palestina kedua juga dipastikan terbunuh oleh tembakan langsung saat demonstrasi yang dilanjutkan usai sholat Jumat kemarin," kata pejabat di sebuah rumah sakit di Yerusalem kepada kantor berita AP.
Baca: Presiden Jokowi Mengecam Keras Aksi Militer Israel di Masjid Al Aqsa
Otoritas Palestina juga melaporkan bahwa orang ketiga yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Tepi Barat.
Dua korban tewas lainnya diidentifikasi sebagai Muhamad Mahmoud Khalaf dan Muhamad Hasan Abu Ghanam.
Polisi Israel juga menembakkan amunisi, gas air mata dan peluru yang dilapisi karet ke warga Palestina yang memprotes tindakan baru tersebut,
Termasuk pembatasan pria Muslim di bawah usia 50 tahun dari tempat suci dengan melakukan pemeriksaan menggunakan detektor logam.
Dalam sebuah video terlihat seorang tentara Israel yang membawa senjata api, menendang seorang warga Palestina tidak bersenjata saat dia sedang sholat.
Protes datang seminggu setelah tembakan mematikan di kompleks Yerusalem Timur itu.
Aksi unjuk rasa dimulai setelah sholat Jum'at, yang berlangsung sekitar tengah hari waktu setempat.
Pada akhir sholat Isha, bentrokan meletus lagi dengan pasukan Israel yang menembaki granat setrum di kerumunan, Harry Fawcett dari Al Jazeera.
Sedikitnya 140 warga Palestina telah terluka di Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat, menurut Bulan Sabit Merah Palestina.
Israel memperketat pengamanannya di kompleks tersebut setelah dua petugas keamanan Israel tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh tiga orang Palestina, yang dibunuh oleh polisi Israel setelah terjadi kekerasan. [Al Jazeera/AP].