"Menyekap dan menjual perempuan adalah kejahatan besar. Jika pemimpin ISIS tahu, pelakunya bisa dihukum berat," kata Abu Shuja.
Lain lagi dengan apa yang dilakukan oleh aktivis bernama Ali Isso. Ia juga melacak beradaan para perempuan Yazidi yang disekap militan ISIS, baik di Irak maupun di Suriah.
Tapi ia tidak membeli perempuan yang ia temukan. Semua informasi ia serahkan kepada lawan ISIS, Angkatan Bersenjata Suriah (SDF) yang mendapatkan dukungan militer Amerika Serikat.
"SDF adalah entitas yang berwenang untuk menangani kasus-kasus peyekapan perempuan Yazidi oleh ISIS," kata Isso.
Ada alasan lain mengapa ia menolak membeli perempuan Yazidi yang ditawarkan militan ISIS.
"Kekhawatiran saya adalah, kita tak pernah tahu apakah yang kita bayar itu milisi atau hanya perantara," kata Isso.
Upaya untuk membebaskan perempuan-perempuan Yazidi yang disekap ISIS tak hanya dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau kalangan aktivis.
Pihak keluarga juga secara aktif mencari anggota yang dibawa oleh ISIS, seperti yang dilakukan oleh Ibrahim Khairo.
Sembilan anggota keluarga dibawa milisi ISIS saat penyerbuan di desanya tiga tahun lalu.
"Saat itu mereka membawa 600 tawanan perempuan, termasuk sembilan sepupu saya," kata Khairo.
Para perempuan di desanya sudah bersembunyi, tapi milisi ISIS menemukan mereka. "Saya tak peduli dengan harta, saya hanya mau anggota-anggota keluarga saya ditemukan," katanya.
Berbagai pihak mengatakan jumlah perempuan Yazidi yang ditawan ISIS mencapai antara 2.000 hingga 4.000 orang.