News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kapal Perang AS dan Awaknya Kecelakaan di Selat Malaka, Komandan Dipecat

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laksamana Scott Swift

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Komandan yang bertanggungjawab atas pengoperasian kapal perang AS yang kecelakaan di Selat Malaka akan dipecat.

Kapal perusak USS John S McCain milik Angkatan Laut AS bertabrakan dengan kapal dagang Alnic MC di dekat Selat Malaka, Senin (21/8/2017).

Akibat insiden tersebut, 10 pelaut prajurit Angkatan Laut AS dinyatakan hilang dan lima orang lainnya mengalami cedera.

Atas itu, Komandan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, Wakil Laksamana Joseph Aucoin, dikabarkan hendak dibebastugaskan oleh Angkatan Laut AS.

"Percepatan perubahan dalam kepemimpinan (Armada Ketujuh) memang diperlukan," demikian konfirmasi seorang pejabat di Washington terkait itu, Selasa (22/8/2017).

Pihak Angkatan Laut AS menolak untuk memberikan komentar soal rencana pemecatan Aucoin, yang pertama kali dibeberkan Wall Street Journal.

Namun, Komandan Armada AS Pasifik, Laksamana Scott Swift, mengatakan pada Reuters bahwa rencana pemecatan akan dilakukan saat Swift dan Aucoin bertemu Rabu (23/8/2017) ini di Jepang.

Sebenarnya, Aucoin sudah akan dilengserkan September mendatang, namun rencana itu dipercepat menyusul kecelakaan pada Senin.

Armada Ketujuh yang berbasis di Yokosuka, Jepang, mengoperasikan sebanyak 70 kapal dan 140 pesawat, serta memiliki 20 ribu prajurit.

Kapal perusak AS yang terlibat kecelakaan tersebut diketahui tengah berlayar dari Yokosuka menuju Singapura.

Insiden terjadi saat USS John S McCain dalam perjalanan ke Singapura, usai menyelesaikan patroli rutin di Laut China Selatan.

Kapal itu dapat dikendarai secara otomatis menuju target tujuan, sehingga belum diketahui penyebab kecelakaan tersebut.

Kapal tanker yang terlibat dalam insiden itu diketahui memasang bendera nasional Liberia dan dapat mengangkut hingga 30 ribu ton minyak dan cairan kimiawi lainnya.

Hingga kini pencarian masih dilakukan terhadap 10 prajurit AS yang hilang dalam insiden itu. (Channel News Asia/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini