TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Warga Jepang panik usai Korea Utara menembakkan rudalnya, yang terbang melintas pulau paling utara negara itu.
Korea Utara menembakkan sebuah rudal balistik, Selasa (29/8/2017) dini hari waktu setempat, yang meluncur di atas Pulau Hokkaido, Jepang.
Rudal tersebut kemudian meledak dan mendarat di Samudera Pasifik, setelah terbang sejauh 2.735 kilometer dan setinggi maksimum 563 kilometer.
Peluncuran rudal tersebut sempat membuat Pemerintah Jepang mengeluarkan peringatan kepada warganya di sebelah utara untuk berlindung.
Peringatan disampaikan melalui sistem J-Alert, yang membuat seluruh ponsel milik warga setempat berdering dan menyuarakan peringatan.
Melalui pesan peringatan yang disampaikan, warga diminta untuk tetap berada di dalam ruangan.
Peringatan dan kabar peluncuran rudal itu sempat membuat panik warga, yang terkejut karena ini merupakan pertama kalinya rudal Korea Utara melesat di atas Hokkaido.
"Kami sampai terbangun," ucap seorang petugas di Kota Erimo, Hokkaido, Hironori Matsuura.
"Tapi, tak ada laporan soal kerusakan akibat peluncuran rudal itu dan tidak ada warga yang sampai dievakuasi," katanya lagi.
Saat rudal melintas Hokkaido, tidak ada upaya dari militer Jepang untuk menembak jatuh benda tersebut.
Namun, peluncuran tanpa aba-aba itu dikecam keras oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
"Kami tetap mengupayakan keras perlindungan terhadap warga," tutur Abe.
Baca: Calon Jemaah yang Gagal Berangkat Tak Sabar Ingin Ambil Paspor Sendiri
"Aksi peluncuran rudal yang nekat sampai melintas negara kami ini adalah ancaman yang penting dan serius," katanya.
Peluncuran rudal tersebut diduga merupakan bentuk protes Korea Utara terhadap latihan militer yang dilakukan AS dan Korea Selatan.
Latihan gabungan tersebut juga melibatkan sejumlah kecil personil militer dari negara lain, termasuk Australia dan Jepang.
Atas peluncuran rudal itu, Abe mengatakan dirinya dan Presiden AS Donald Trump sudah sepakat untuk semakin tegas dalam menekan Korea Utara. (Telegraph/The Guardian)