News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wakil PM Jepang Taro Aso Sadar Ucapannya soal Hitler Tidak Pantas

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso (76)

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso (76) sadar kalau ucapannya soal Hitler tidak tepat dan meminta maaf bagi yang tersinggung.

Tetapi maksud utamanya untuk membangkitkan semangat warga Jepang agar berjuang lebih baik lagi.

"Saya sadar ucapan saya mungkin kurang benar waktu itu namun maksudnya baik untuk memotivasi rakyat supaya berjuang lebih baik lagi membangun negara ini," kata Taro Aso di Kota Saiji Perfektur Ehime, Minggu (3/9/2017) dalam rangka ikut mendukung pemilu daerah Ehime yang akan dilakukan bulan depan.

Di Perfektur Ehime untuk pemilu Dewan Perwakilan Rakyat bulan depan, Taro Aso juga menyampaikan pesannya.

"Di festival tersebut, Anda dapat melakukan pemilihan umum. Saya menyatakannya dengan menggunakan kata-kata yang mungkin diskriminatif terhadap orang-orang dengan gangguan mental. Mungkin itu ekspresi yang tidak pantas. Tetapi maksudnya baik untuk memotivasi semangat mereka semakin timggi," ungkap Aso.

Baca: Terbunuhnya Pegawai BNN Pertama Kali Dikabarkan Sang Putri yang Berusia 4 Tahun

Sebelumnya, Senin (28/8/2017) Aso sempat mengungkapkan di dalam forum internal Partai Liberal (LDP) bahwa sehebat-hebatnya Hitler memotivasi kita dengan motif perangnya yang hebat, tetapi tetap saja dia tidak baik.

"Saya tidak membela dia ya," kata Taro ketika itu.

Ungkapan tersebut dianggap banyak warga Jepang sebagai upaya Aso mengagungkan Hitler sehingga banyak yang tersinggung.

Pernyataan Aso langsung menuai kecaman terutama dari kelompok gerakan anti-semit.

Pada tahun 2013 lalu, Aso yang juga merangkap sebagai menteri keuangan didesak mengundurkan diri karena menyarankan Jepang mengikuti Nazi yang berhasil mengubah konstitusi Jerman pada masa itu tanpa memicu protes warga dan oposisi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini