TRIBUNNEWS.COM, BARCELONA - Pemimpin daerah Catalunya, Carles Puigdemont, menuduh Raja Spanyol Felipe VI telah mengabaikan warganya.
Pelaksanaan referendum Catalunya, Minggu (1/10/2017), menghasilkan dukungan terhadap deklarasi kemerdekaan Catalunya dari Spanyol.
Meski dilarang pelaksanaannya, referendum tersebut menampung 90 persen suara yang mendukung kemerdekaan Catalunya.
Puigdemont mengatakan dirinya sudah bersedia untuk melakukan mediasi dengan Pemerintah Spanyol untuk menyolusikan krisis yang terjadi akibat referendum tersebut.
Namun, upaya tersebut hingga kini belum mendapat dukungan positif dari Pemerintah Spanyol.
Puigdemont kemudian mengkritik Raja Felipe VI yang dianggapnya tidak netral dalam menyelesaikan krisis di negaranya itu.
"Raja Felipe seakan telah mengambil posisi pemerintah pusat (Spanyol) dan kebijakannya, yang membawa bencana bagi Catalunya," ucap Puigdemont, Rabu (4/10/2017).
"Beliau jelas telah mengabaikan jutaan warga Catalunya," katanya lagi.
Puigdemont kembali menegaskan bahwa dialog dan kesepakatan merupakan budaya politik di Spanyol, yang seharusnya direspons positif oleh pemerintah pusat.
Namun, Pemerintah Spanyol merespons negatif ajakan mediasi dari Puigdemont tersebut.
"Pemerintah tidak akan pernah bernegosiasi soal hal-hal ilegal dan menerima ancaman apapun," demikian pernyataan Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy.
Sebelumnya, dalam sebuah tayangan yang disiarkan secara nasional di Spanyol, Selasa (3/10/2017), Raja Felipe menyalahkan kubu separatis Catalunya yang dianggapnya telah memecah rakyat.
Raja Felipe juga menegaskan bahwa dirinya tetap menganggap referendum Catalunya ilegal.
Pernyataan sang raja tersebut kemudian dianggap sebagai sebuah intervensi langka, sebab Raja Spanyol jarang sekali ikut campur dalam urusan politik.
Terakhir kali seorang raja Spanyol melakukan itu adalah pada 1981, ketika Raja Juan Carlos berpidato untuk menghentikan upaya kudeta.
Pelaksanaan referendum Catalunya sempat berujung bentrok yang membuat lebih dari 840 orang menjadi korban.
Dalam insiden bentrok tersebut, Kepolisian Spanyol menggunakan pentung dan peluru karet untuk mengganggu proses pemungutan suara.
Baca: Gatot Minta Maaf Lokasi Perayaan HUT TNI Macet Parah
Beberapa pemilih sampai diseret dan disingkirkan secara paksa dan sejumlah kotak suara disita.
Ini menjadi krisis konstitusional terbesar Spanyol dalam beberapa abad terakhir, yang memperparah keretakan hubungan antara pemerintah pusat Spanyol dan Catalunya.
Catalunya akan mendeklarasikan kemerdekaan unilateralnya dari Spanyol, Senin (9/10/2017) mendatang. (Telegraph/Financial Times)