Pastor Mariano mengatakan, 200.000 umat Katolik diharapkan menghadiri perayaan misa yang dipimpin Paus Fransiskus di stadion Kyaikkasan Grounds, Yangon, kota utama Myanmar.
Myanmar dan Vatikan menjalin hubungan diplomatik penuh pada Mei 2017, tak lama setelah pemimpin de facto Aung San Suu Kyi bertemu Paus Fransiskus dalam lawatan ke Eropa.
Kunjungan itu dibayangi oleh perlakuan buruk terhadap warga minoritas Rohingya di Myanmar, yang tidak diakui sebagai warga negara dan mengungsi akibat kekerasan komunal.
Beberapa minggu sebelum pertemuannya dengan Suu Kyi, Fransiskus menyapa minoritas Muslim sebagai "saudara laki-laki dan perempuan" yang sedang disiksa dan dibunuh karena iman mereka.
Paus menambahkan, warga Rohingya adalah "orang-orang baik dan hidup damai, tetapi telah menderita selama bertahun-tahun".
Setiap mengulangi pernyataan sikap seperti itu tentu saja akan membuat Paus Fransiksus akan ditentang oleh warga Myanmar.
Pihak berwenang Myanmar telah berulangkali menolak tudingan telah melakukan kekejaman atau mengusir Rohingya sebagai penjahat.
Baca: Sandiaga Pakai Sepatu Pantofel Putih: Wah, Silau Men
Kelompok garis keras nasionalis Buddhis sebelumnya telah berjanji untuk melakukan demononstrasi menolak latawan Paus Fransiskus karena ia telah mendukung kelompok minoritas Muslim Rohingya.
Namun, Minggu ini pemerintah Myanmar telah menyerukan persatuan dalam sebuah pawai yang melibatkan warga berbeda keyakinan di Yangon, pawai pertama sejak pecah krisis di Rakhine.
Menurut rencana perjalanan dirilis Vatikan, Fransiskus akan berkunjung ke ibu kota Naypyidaw dan kota terbesar Yangon sebelum menuju ke Banglades – yang telah menamping lebih dari 520.000 pengungsi Rohingya sejak 25 Agustus. (Pascal S Bin Saju)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Paus Fransiskus Melawat Myanmar di Tengah Guncangan Krisis Rohingya