Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Walikota Surabaya Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T, yang menjabat sejak 17 Februari 2016-2021 tidak ingin menjadi Gubernur Jawa Timur. Tetap akan fokus sebagai Walikota Surabaya sampai habis masa jabatannya.
"Saya hanya ingin tetap fokus kerja buat rakyat Surabaya saja. Ini pun sudah berat sekali dan menyelesaikan tugas hingga akhir jabatan saya tahun 2021," paparnya khusus kepada Tribunnews.com malam ini (13/10/2017).
Saat ini diakuinya terberat tugasnya bagaimana bisa mengangkat kemiskinan yang ada di kota Surabaya.
"Berat sekali mas tugas saya Inu sebagai walikota Surabaya. Mungkin karena sudah kelamaan sekali beberapa rakyat menjadi miskin sehingga kita berikat kerja pun supaya dapat uang mereka tak mau kerja lebih senang tetap miskin," ungkapnya.
Tugasnya yang sangat berat ini diakuinya memang tantangan baginya sebagai Walikota untuk membangkitkan tingkat kemiskinan mereka sehingga bisa hidup lebih baik lagi.
"Kalau yang kaya sih mudah. Berikan tidak macet, jalan yang bagus dan dukungan bagi kelancaran bisnis, ya selesai," papar ibu dengan putra putri dua orang.
Lalu bagaimana dengan dana pemkot Surabaya?
"Ya kita harus cari sendiri di dalam Indonesia. Kalau ada orang kaya mau bantu ya harus ikut tender secara terbuka transparan dan yang menang barulah bisa ikut pembangunan," ungkap Risma yang pernah ke berbagai kota di Jepang sekitar 10 kali antara lain ke Nagoya, Osaka, Tokyo, Yokohama, Kita Kyushu, Kobe, Hiroshima dan Kochi.
Lalu bagaimana dana dari Pusat?
"Waduh mas anggaran kita sampai sekarang dipotong lebih dari 10%. Tapi ya tak apalah mungkin perhitungannya harus demikian. Jadi ya kita mesti mati-matian cari uang sendiri di dalam negeri," tekannya lagi.