TRIBUNNEWS.COM, MARAWI-- Militer Filipina terus memburu militan Malaysia atas nama Mahmud bin Ahmad, alias Abu Handzalah yang merupakan rekan dekat pimpinan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon--emir ISIS untuk daerah Asia Tenggara.
Pasalnya, saat Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, tewas dalam baku tembak di Marawi, Mahmud Ahmad, sang pemodal dan perekrut ISIS ini belum ditemukan.
Mereka berada diantara para militan yang tersisa dan sedang diburu oleh pasukan Filipina.
Panglima militer Filipina Jenderal Eduardo Ano kepada The Associated Press menyakini sudah tidak ada ancaman berarti dari para militan, yang telah menduduki bagian kota Marawi selama lima bulan, setelah pimpinannya tewas tertembus peluru penembak jitu.
Baca: Korea Utara: Jangan Ikut-ikut AS Jika Tak Ingin Perang Nuklir Pecah
"Mereka tanpa pemimpin dan mereka tidak memiliki kekuatan yang lebih solid lagi," katanya.
Namun demikian, guna memastikan bebasnya pengaruh teroris di Kota Marawi, pertempuran masih akan terjadi untuk menghabisi sisa-sisa militan ISIS.
Menurut juru bicara militer, Restituto Padilla, ada 20-30 militan yang tersisa di Marawi, termasuk enam sampai delapan militan asing.
"Mereka juga memiliki sekitar 20 sandera, termasuk perempuan dan anak-anak," katanya.
Untuk itu militer Filipina terus mengincar para militan tersusa dibawah komando warga Malaysia bernama Mahmud Ahmad yang dikenal sebagai tokoh penting dalam pemodalan dan perekrutan ISIS di Asia Tenggara.
Namun militer tidak bisa memastikan apakah Mahmud Ahmad masih berada di kota Marawi.
"Yang jelas dia (Mahmud Ahmad-red) tidak memiliki keterampilan sebagai seorang pejuang dan karena itu dia bukan ancaman berarti," kata Padilla.
Pimpinan baru ISIS Asia Tenggara
Tewasnya dua pemimpin Abu Sayyaf dan Kelompok Maute yang tergabung dalam ISIS membawa sejumlah spekulasi mengenai siapakah tokoh yang akan memimpin perjuangan para militan.