TRIBUNNEWS.COM - Panglima Tertinggi Libya, Khalifa Haftar tengah diselidiki atas penemuan 36 jasad tak dikenal di wilayah Benghazi timur.
Pada puluhan jasad itu terdapat tanda-tanda penyiksaan dan luka tembakan di kepala.
Sejumlah saksi mata mengatakan, para korban yang ditemukan sudah tak bernyawa tersebut sempat ditahan selama beberapa bulan oleh tentara nasional Libya yang dipimpin Haftar.
Baca: Pelaku Curanmor Menangis saat Diinterogasi Polisi
Berdasarkan informasi dari sumber Al Jazeera, para korban hilang tersebut termasuk pihak lawan dan pembangkang militer yang menentang serangkaian operasi yang dilakukan Haftar.
Misi PBB di Libya mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "kejahatan keji" dan telah mengakibatkan "pembunuhan" terhadap setidaknya 36 orang.
Di Tripoli, Pemerintahan Bersatu Libya (GNA) sepakat dengan pernyataan misi PBB yang mengutuk pembunuhan tersebut dan menyebutnya sebagai "perbuatan yang mengerikan".
GNA juga berencana melakukan penyelidikan atas kasus penemuan 36 jasad tak dikenal tersebut.
Kekacauan dan konflik terus terjadi di Libya selama enam tahun terakhir sejak berakhirnya masa kepemimpinan Muammar Gaddafi.
Gaddafi digulingkan dan terbunuh dalam sebuah operasi pemberontakan yang didukung Pakta Perjanjian Atlantik Utara (NATO) pada 2011.
Pasukan yang dipimpin Haftar juga telah didakwa melakukan sejumlah aksi kekejaman sejak jenderal pemberontak itu melancarkan apa yang disebut 'Operasi Kehormatan' pada 2014.
Berita ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Temuan 36 Jasad Penuh Luka, Panglima Tertinggi Libya Diselidiki