TRIBUNNEWS.COM - Istilah bumi datar mungkin hanya berakhir menjadi lelucon di tanah air. Tapi tahukah kamu bahwa tinjauan teori bumi datar benar-benar telah digelar dengan melibatkan sejumlah ahli.
Flat Earth International Conference 2017, begitulah nama even kontroversial tersebut.
Konferensi ini digelar di Kota Raleigh, negara bagian North Carolina pada 9 hingga 10 November 2017 kemarin.
Dikutip dari IFL Science, konferensi Internasional tersebut sukses dihadiri oleh lebih dari 400 peserta dari seluruh dunia.
Wajar saja, even ini menjadi kesempatan menarik bagi para peminat teori konspirasi bumi datar. Lantaran menghadirkan para ahli di bidang teori konspirasi.
Narasumber - narasumber konferensi diperkenalkan dengan embel-embel mendompleng nama besar NASA dan organisasi antariksa lainnya.
Pun demikian halnya dengan tema diskusi yang dikemas menarik perhatian dan rasa penasaran para pesertanya. Semisal topik diskusi berjudul 'NASA dan kebohongan luar angkasa'.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, terungkap bahwa sebagian peserta sebenarnya ingin bertemu dengan orang yang memiliki keyakinan yang sama bahwa bumi itu datar.
Mereka selama ini merasa 'kesepian' lantaran tak ada yang bisa diajak bertukar pikiran terkait keyakinan mereka.
Even ini juga menjadi wadah bagi mereka untuk berbicara mengeluarkan semua unek-unek dan idenya berkaitan dengan teori bumi datar.
Adapun untuk menghadiri konferensi ini, para peserta diharuskan membayar tiket berkisar antara Rp 1,4 juta hingga Rp 3,3 juta.
Sementara itu, komunitas bumi datar sudah cukup dikenal luas.
Mereka tergabung dalam komunitas bernama (International) Flat Earth Society atau International Flat Earth Research Society.
Para pengikutnya meyakini bahwa bumi berbentuk datar, berbeda dengan fakta-fakta ilmiah bahwa bumi itu bulat.
Kali pertama, organisasi ini secara modern didirikan oleh Samuel Shenton seorang warga Inggris pada tahun 1956.
Kemudian organisasi ini dikembangkan oleh Charles K Johnson yang merelakan rumahnya yang berada di Lancester, California sebagai markas perjuangan organisasi. (*)