"Ini strategi yang intinya ditujukan untuk menjauhkan umat dari gereja," katanya.
Seorang wartawan di Hanoi, yang meminta namanya tidak diungkap, mengatakan bahwa pemerintah dari dulu 'selalu mengawasi pemeluk agama, terutama Katolik dan Protestan' dan 'menganggap agama sebagai alat kapitalis'.
Namun sekarang ada perubahahan taktik dari pemerintah. "Mereka ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemerintah tidak menerapkan diskriminasi terhadap pemeluk agama, di sisi lain mereka gencar mempromosikan ideologi komunisme kepada para pemeluk agama," katanya.
Itulah sebabnya makin banyak dijumpai berdirinya 'Paroki Katolik Damai' seperti di Provinsi Nghe An.
Paroki ini, selain sebagai wadah kegiatan agama, juga dipakai sebagai 'pintu masuk untuk merekrut anggota Partai Komunis'.
Di Cu Kuin, Provinsi Daklak, misalnya tak kurang dari 100 pemeluk Katolik pindah ke gereja pemerintah Juli lalu.
Koran Hoa Binh pada Agustus lalu memberitakan bahwa 100% anggota Partai Komunis di satu desa di Distrik Lac Thuy di Provinsi Hoa Binh adalah pemeluk Katolik.
Jumlah keseluruhan populasi Vietnam adalah 92 juta, delapan juta di antaranya memeluk Katolik.
Sementara itu, Partai Komunis yang didirikan Ho Chi Minh pada 1930, memiliki jumlah anggota aktif sebanyak 4,5 juta orang berdasarkan data tahun 2016.