TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Presiden Venezuela ikut mengecam pernyataan AS soal Yerusalem dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (KTT OKI), Rabu (13/12/2017).
Nicolas Maduro yang menganut ajaran Katolik menjadi satu dari beberapa tamu "kejutan" yang hadir di KTT OKI yang kali ini dilaksanakan di Istanbul, Turki, itu.
Dalam konferensi itu, Maduro mewakili Venezuela sepakat bersama para pemimpin negara anggota OKI untuk mengecam pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Menurut Maduro, pengakuan tersebut hanya akan menciptakan lebih banyak lagi konflik dan membuat okupasi Israel di wilayah Palestina semakin menjadi masalah serius.
Maduro meminta negara-negara OKI untuk menolak pengakuan tersebut, juga meminta Israel untuk menghentikan okupasinya di wilayah Palestina.
"Pemimpin-pemimpin negara OKI perlu segera mencari solusi berkelanjutan untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Palestina," ucap Maduro.
Maduro pun mendesak agar negara-negara OKI mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina.
Sebelum berangkat ke Istanbul, Maduro sudah mengatakan bahwa tujuan dari perjalanannya itu adalah untuk mengevaluasi hal-hal terkait solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Terlebih mereka yang menghadapi "agresi pemerintahan yang imperialis", yang dimaksudkan pada AS.
KTT OKI kali ini mendesak komunitas internasional untuk menolak pernyataan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Negara-negara yang berpartisipasi dalam KTT tersebut juga sepakat menilai bahwa pengakuan AS itu "berbahaya" dan melanggar hukum internasional.
Presiden AS Donald Trump akhirnya resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Gedung Putih, Washington, 6 Desember.
Melalui pernyataan tersebut, Trump juga mengumumkan rencana pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. (Daily Sabah/TeleSUR English)