Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kasus kecurangan tender proyek kereta api cepat Shinkansen Linear, yang berawal dengan penggerebegan Obayashi Construction di kantor pusatnya di Tokyo 8 Desember malam, kini menjalar ke tiga besar perusahaan konstruksi Jepang lain, Kajima, Shimizu dan Taisei.
"Obayashi telah mengakui kesalahannya melakukan kecurangan tender dan melapor ke Komisi Perdagangan Adil (FTC Jepang). Sedangkan Kajima, Shimizu dan Taisei kini sedang dalam pemeriksaan pihak kejaksaan Jepang karena diduga juga melakukan perbuatan melawan hukum dalam tender proyek besar di Jepang," papar sumber Tribunnews.com Selasa ini (19/12/2017).
Keempat perusahaan konstruksi tersebut terlibat di dalam 22 proyek yang melibatkan pembuatan Shinkansen Linear antara Tokyo ke Nagoya dan selanjutnya akan sampai Osaka.
Dengan menyatakan bersalah dan segera melaporkan kasusnya ke FTC Jepang, Obayashi akan mendapat "bonus" tidak akan diperkarakan oleh kejaksaan. Kasusnya di stop.
Sebaliknya, Obayashi akan kena sanksi atas pelanggaran UU Antimonopoly dengan membayar penalty hukuman biaya sedikitnya 10% dari nilai sales yang disepakati dalam proyek yang ditanganinya.
DiperkirakanObayashi akan membayar denda itu sekitar 27 miliar yen, denda yang terbesar dalam sejarah kecurangan tender selama ini di Jepang.
Proyek Linear Central Shinkansen dengan dana konstruksi sebesar 9 triliun 300 miliar yen untuk jalur Tokyo-Osaka.
Tahap pertama ke Nagoya rencana selesai 2027. Lalu sampai ke Osaka selesai tahun 2045.
Apabila selesai tahun 2045, perjalanan dari Tokyo ke Osaka (438 km) hanya memakan waktu 1 jam 7 menit saja menggunakan Shinkansen Linear.
Tahun 2015 Shinkansen Linear memiliki kecepatan 603 km per jam, tercatat sebagai kecepatan paling tinggi kereta api di Guiness Book of Record.