Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang pengajar Universitas Toyo mengungkapkan bahwa jumlah sekolah dasar (SD) di Jepang pada tahun 2050 hanya mencapai sepertiga saja dari jumlah saat ini.
Akibatnya berdampak berbagai hal pada kehidupan warga Jepang nantinya.
"Saat ini yang berjumlah sekitar 19.800 SD ada di Jepang pada tahun 2050 diperkirakan hanya akan berjumlah sekitar 6.500 SD," ungkap Yuji Nemoto (64), pengajar Universitas Toyo, Kamis (18/1/2018).
Sedangkan sekolah menengah pertama (SMP) di Jepang yang saat ini berjumlah sekitar 9.500 sekolah hanya akan mencapai sekitar 3.100 sekolah nantinya.
Penurunan jumlah sekolah tersebut bukan hanya di kota kecil yang ada di Jepang tetapi terdampak pula pada kota besar seperto Tokyo, Osaha dan Nagoya.
Baca: Cerita Idrus Diusir dari Kantor Kementerian yang Dia Pimpin Sekarang Hanya karena Pakai Sandal Jepit
Lebih parah lagi sekolah-sekolah di daerah seperti Shimane hanya akan mencapai 10 persen dari jumlah sekolah yang ada saat ini.
Demikian pula di Perfektur Wakayama hanya 11,3 persen, lalu di Perfektur Kochi juga 11,3 persen dan di Iwate hanya akan mencapai 11,7 persen saja dari jumlah yang ada sekarang.
Pengurangan jumlah sekolah karena jumlah masyarakat Jepang juga jauh berkurang 30 tahun mendatang dan ini akan berdampak besar bagi kehidupan orang Jepang nantinya.
Misalnya anak-anak jadi berjalan sangat jauh guna mencapai sekolah karena jumlah sekolah berkurang.
Masyarakat sekitar dengan lingkungan menjadi sepi karena yang tadinya ada sekolah ramai, menjadi tak ada sekolah lagi.
Baca: Baru Kenal saat Membesuk Novanto Alasan Agung Laksono Ogah Jadi Saksi Menguntungkan bagi Fredrich
Sekolah yang kosong pun akan dijadikan tempat penampungan darurat apabila ada bencana alam muncul di Jepang umumnya.
Perpindahan penduduk pun menuju ke kota besar, meninggalkan daerah yang kecil.
"Banyak sekali dampak perubahan masyarakat di masa depan hanya karena jumlah sekolah berkurang menjadi sepertiga saja," tambahnya.