Tahun lalu, Pyongyang menembakkan tiga rudal melewati Jepang sehingga memicu kecaman dan kemarahan.
Setiap kali Korut meluncurkan rudal di atas Jepang, sistem peringatan negara memperingatkan warga melalui telepon genggam dan pengumuman lewat pengeras suara di jalanan.
Tetapi banyak yang menilai bahwa sistem seperti itu tidak ada gunanya, dengan sedikit waktu untuk mengevakuasi dan sedikit fasilitas untuk bertahan dari serangan nuklir.
Ada juga alarm palsu.
Pekan lalu, penyiar publik Jepang NHK keliru berkata bahwa Korut tampaknya telah meluncurkan rudal, memperingatkan orang untuk berlindung sebelum meminta maaf atas kesalahan tersebut beberapa menit kemudian.
Hal itu terjadi selang beberapa hari setelah pesan peringatan palsu mengenai rudal balistik yang dikirimkan ke ponsel sehingga membuat warga ketakutan di Hawaii.
Latihan terbaru di Tokyo memicu aksi protes.
"Saya tidak ingin berpartisipasi dalam latihan semacam itu dan saya menentangnya, karena ini adalah cara untuk mempromosikan perang," kata Ikie Kamioka, 77 tahun, seorang mantan guru sekolah dasar yang berada di antara puluhan orang yang ikut demonstrasi.
"Anda tidak akan bertahan jika perang terjadi. Perang nuklir akan menghancurkan segalanya," katanya.
Barratut Taqiyyah Rafie/sumber: AFP