Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, SURIAH - Serangan yang dilakukan Pemerintah Suriah terhadap warga sipil dalam kurun waktu 48 jam terakhir, menjadi kekerasan terburuk sepanjang perang saudara yang berkecamuk selama tujuh tahun.
Warga sipil terbunuh sebanyak 200 jiwa melalui serangan pemerintah dan serangan udara.
Dilansir dari CBS News, Presiden Suriah Bashar Assad yang didukung oleh Russia, berusaha mengubur oposisi di pinggiran kota Damaskus.
Baca: Perjuangan Ashanty Berbuah Manis, Rajin Kuliah Saat Hamil Arsy, Akhirnya Lulus S2 dengan Nilai A
Setelah terjadinya satu serangan udara, warga bergegas mencari korban yang selamat atau melarikan diri dari serangan berikutnya.
Bahkan dengan adanya standar perang Suriah, seorang aktivis menjelaskan bahwa apa yang terjadi dalam kurun waktu 48 jam di daerah Ghouta seperti pertumpahan darah.
Dengan pertolongan Rusia, bom dari Rezim Suriah telah meninggalkan ratusan orang tewas.
Awak penolong sipil Suriah 'the white helmet' mengevakuasi penduduk yang ketakutan, dan membawa korban ke rumah sakit.
'the white helmet' juga memohon agar para orang tua meng-ikhlaskan anaknya yang menjadi korban perang yang bukan miliknya.
Ghouta sudah dikepung lebih dari lima tahun, warga disana sudah mengalami serangan kimia sejak 2013, yang bisa dilakukan hanyalah menahan diri dari serangan gencar.