TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS - Para perempuan Suriah dilaporkan tidak bersedia jika harus pergi ke pusat pendistribusian bantuan kemanusiaan.
Sebab, anggapan yang beredar, mereka harus bersedia berhubungan seks untuk ditukar dengan bantuan seperti makanan.
Dikutip BBC, Selasa (27/2/2018), kabar bahwa para perempuan itu mengalami pelecehan seksual terjadi di kawasan selatan Suriah.
Fakta itu tersaji pada sebuah laporan bernama "Suara dari Suriah 2018" yang dibuat oleh Badan PBB untuk Dana Populasi (UNFPA) pada 2017.
Baca: Perang Suriah: Rudal dan mortir dijatuhkan seperti hujan di Ghouta Timur
Dalam laporan setebal 158 halaman tersebut, dipaparkan modus dari pelaku yang menyalurkan bantuan.
Dari berbagai cerita yang dikumpulkan, pelaku bakal meminta nomor telepon, atau berhubungan badan sebagai ganti bantuan kemanusiaan.
"Para perempuan yang tidak dilindungi oleh pria, seperti misalnya janda, sangat rentan menjadi korban pelecehan seksual," ujar UNFPA.
Diwartakan BBC, PBB dan sejumlah organisasi kemanusiaan menyatakan tidak menyadari adanya pelecehan seksual yang dilakukan badan pembantu yang ditunjuk di kawasan tersebut.
Namun, seorang pekerja kemanusiaan yang tidak ingin dipublikasikan berkata, sebenarnya beberapa organisasi sudah menyadari akan kondisi tersebut.
Baca: 200 Orang Tewas di Suriah dalam Kurun Waktu 48 Jam
Namun, mereka memilih untuk menutup mata.
Sebab, menggunakan jasa pihak ketiga atau orang lokal merupakan satu-satunya cara agar bantuan bisa menembus beberapa tempat berbahaya di Suriah.
"Ada beberapa kawasan di Suriah yang tidak dapat dimasuki oleh staf kemanusiaan," ujar pekerja tersebut.