TRIBUNNEWS.COM - Seperti yang sudah banyak orang tahu selama ini, angka pertumbuhan penduduk di Jepang bisa dibilang memprihatinkan.
Jepang sendiri memliki grafik perkembangan dengan piramida penduduk yang berbentuk piramida terbalik!
Artinya, angka kematian atau Mortalistas di Negara Sakura jauh lebih besar dibandingkan dengan angka kelahiran atau Natalitas-nya.
Tidak heran bila ada orang Jepang yang datang ke Indonesia, mereka pasti geleng-geleng kepala saat melihat banyak anak-anak tumpah di mana-mana.
Mungkin mereka bakal lebih kaget lagi kala berjalan di jalan-jalan perumahan selalu tertulis papa peringatan, “Jangan Ngebut, banyak anak-anak”.
Hal ini lumrah terjadi karena di Jepang sendiri kamu akan cukup jarang melihat anak kecil berkeliaran seperti di Indonesia.
Mirisnya lagi, "kepunahan" warga Jepang ini mulai bisa dilihat melalui beberapa pertanda yang kian terasa.
Melansir dari Bussiness Insider, berikut 7 pertanda kalau warga asli Jepang bisa saja segera punah:
1. Popok dewasa lebih laku dibandingkan popok bayi
Indikator ini bisa dibilang yang paling depresif terkait tingkat kematian dan kelahiran negara ini.
Hal ini sendiri sudah terjadi sejak 2011 dimana 26,7% populasi Jepang berusia diatas 65 tahun, naik 3,7 poin dibandingkan enam tahun lalu.
2. Di Tahun 2016, Jepang memiliki angka kelahiran terendah dalam 117 tahun terakhir
Sejak tahun 1889 angka kelahiran selalu diatas satu juta, namun 2016 hanya bisa mencapai 980.000 kelahiran.
Sebagai perbandingan angka kematian 2016 adalah 1.3 Juta Orang.
3. Kebanyakan orang tidak mampu atau tidak mau lagi mengasuh orang tua mereka
Akibat berbagai tekanan ekonomi, para orang dewasa di Jepang tidak mampu mengasuh orangtua mereka dan menitipkan mereka pada yayasan ataupun rumah sakit.
Nah tempat inilah yang menjadi tempat di mana orang tua tersebut ditinggal dan tidak pernah dikunjungi lagi.
Untungnya menurut sebuah yayasan kasus ini per tahunnya dibawah seratus kasus.
4. Penjara berubah menjadi panti jompo
20% dari tindak kriminal Jepang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut.
Seringkali tindak kriminal dilakukan agar mereka bisa mendapat asuhan di penjara.
Setelah keluar dari penjara mereka seringkali kembali akibat keluarga atau kerabat yang tidak mampu merawat mereka atau karena mereka tidak memiliki apa-apa lagi.
5. Para ahli sudah memproyeksikan kapan orang Jepang punah
Beberapa ahli memprediksi jikalau populasi Jepang akan turun sebesar 34% di tahun 2100 akibat rendahnya tingkat kelahiran dan imigrasi.
Para ahli juga mengkalkulasi jika tren ini terus berjalan, tidak akan ada lagi orang Jepang pada tanggal 12 Agustus 3776
6. Orang langsung menikahi temannya sendiri tanpa kencan
Akibat tidak punya waktu untuk menjalin hubungan akibat kesibukan kerja, kebanyakan orang dewasa di Jepang langsung menikah dengan teman mereka yang dirasa sudah dekat.
Memang di negara lain juga sering ada pasangan yang membuat janji akan menikah bila masih single saat berusia 30 tahun atau lebih, hanya saja di Jepang hal ini terjadi saat usia 20 tahun.
7. Karyawan mati karena kebanyakan bekerja
Jepang memiliki kata tersendiri untuk mendeskripsikan kematian akibat terlalu banyak bekerja, yaitu Karoshi.
Menurut sebuah survey dari 10.000 karyawan Jepang, 20% dari mereka bekerja lembur sampai 80 jam tiap bulannya.
Pemerintah Jepang sendiri sudah banyak memberikan anjuran pada para perusahaan untuk memberi karyawan mereka lebih banyak waktu luang, namun melihat resesi yang berkepanjangan, nampaknya hal ini sulit dilakukan perusahaan bila mereka ingin bertahan.
(Tribunnews.com/ Bobby Wiratama)