Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Kondisi kesehatan Yulia, puteri mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal terus menunjukan perkembangan positif.
Bahkan, berdasarkan laporan AP, Kamis (29/3/2018), Yulia sudah bisa merespon dengan baik perawat dan tidak lagi dalam kondisi kritis setelah terkena serangan racun saraf yang diduga dilakukan agen-agen Rusia di Inggris.
Namun sebaliknya, ayahnya masih tetap berada dalam kondisi kritis.
Lembaga Salisbury NHS Trust masih terus mengawasi rumah sakit dimana Yulia dan ayahnya sedang dirawat.
"Yulia sudah bisa merespon dan tidak lagi dalam kondisi kritis. Kondisinya sudah stabil," demikian lapoan Salisbury NHS Trust.
Meskipun sudah tidak lagi kritis, menurut Direktur medis, Christine Blanshard, Yulia masih terus dirawat ahli perawatan klinis selama 24 jam sehari.
Yulia Skripal dan ayahnya, mantan agen Rusia ditemukan tak sadarkan diri di kota Salisbury, Inggris pada 4 Maret lalu.
Otoritas Inggris mengatakan bahwa mereka mengalami keracunan racun saraf militer dan menyalahkan Rusia dalang dibalik upaya pembunuhan itu.
Moskow menyangkal keterlibatan dalam serangan yang telah memicu krisis diplomatik antara Rusia dan Barat.
Sebelumnya kepolisian Inggris mengungkap Sergei Skripal dan putrinya mengalami keracunan racun saraf yang ditinggalkan di depan pintu rumah mereka di Inggris.
Setelah penggunaan pertama kali racun saraf kelas militer di Eropa sejak perang dunia kedua, Inggris menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas percobaan pembunuhan terhadap mantan agen gandanya.
Sontak solidaritas Barat berupa gerakan mengusir diplomat Rusia pun terjadi.
Rusia membantah menggunakan Novichok -racun saraf yang pertama kali dikembangkan oleh militer Soviet itu- untuk menyerang Skripal.
Moskow malah balik menuding pelakunya adalah agen rahasia Inggris yang berusaha untuk membingkai Rusia untuk menggiring opini anti-Rusia.
"Kami percaya Skripals pertama kali terkena racun saraf dari pintu depan rumah mereka, " kata Dean Haydon, Koordinator senior untuk kebijakan anti-terorisme.
Skripal dan putrinya berusia 33 tahun, Yulia, dalam kondisi kritis sejak ditemukan tak sadarkan diri pada 4 Maret lalu.
Seorang hakim Inggris mengatakan Skripal dan puterinya telah menderita kerusakan otak yang permanen.
Usaha pembunuhan Skripal (66 tahun), mantan Kolonel di intelijen militer Rusia itu, telah berdampak pada perang dingin hubungan Rusia dengan Barat.
Setelah Inggris mengusir 23 diplomat Rusia yang diduga sebagai mata-mata. Rusia pun membalas dengan mengusir 23 diplomat Inggris dari Rusia.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, termasuk kebanyakan negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO, ikut mengusir diplomat Rusia.
Sejauh ini sudah 27 negara di seluruh dunia mengumumkan akan mengusir diplomat Rusia dari negeri mereka.
Sikap tersebut diambil kebanyakan anggota Uni Eropa terkait kasus pembunuhan gelap mantan agen intelijen Rusia yang dilakukan Rusia di Inggris.
Sebelumnya berbicara dengan para pemimpin dari Perancis dan Jerman, Presiden AS Donald Trump memuji langkah pengusiran terkoordinasi terhadap petugas intelijen Rusia dari negara mereka dalam menanggapi rencana pembunuhan mantan agen Rusia di Inggris.
Gedung Putih mengungkapkan Trump berbicara dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel secara terpisah pada Selasa (27/3/2018).
Amerika Serikat, NATO, dan negara-negara Uni Eropa dan beberapa negara lain telah mengumumkan mereka akan mengusir para diplomat Rusia.
Sejauh ini baru Selandia Baru dan Bulgaria tidak membuat keputusan untuk mengusir diplomat Rusia.
Mantan agen ganda Rusia di Inggris, Sergei Skripal dan putrinya Yulia, diserang dengan zat saraf di Salisbury, Inggris selatan, dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Para pemimpin Uni Eropa pekan lalu mengatakan besar kemungkinan Rusia berada di balik serangan ini, namun pemerintah di Moskow menolak tuduhan tersebut. (AP/Reuters/AFP/China Radio Internasional/BBC)