TRIBUNNEWS.COM - ISIS akhir-akhir ini kembali marak diperbincangkan terkait sejumlah teror bom yang terjadi di Indonesia.
Di antaranya adalah kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Serta teror bom yang terjadi di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya.
Tindakan pengeboman ini dilakukan oleh kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
JAT dan JAD diketahui adalah kelompok pendukung gerakan Negara Islam Irak dan Suriah, atau lebih dikenal dengan sebutan ISIS.
Sukses menebar teror, ISIS pun juga menyebar propagandanya ke negara-negara barat melalui majalah online bertajuk Dabiq.
Dabiq tersedia dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa populer lainnya.
Tapi jangan sangka Dabiq memiliki desain yang kuno dan murahan.
Karena ternyata, majalah ini tampil dengan desain modern dan elegan.
Diberitakan oleh Huffington Post Februari 2016 lalu, Dabiq adalah salah satu cara ISIS untuk memperluas terornya dan mempublikasikan segala kegiatan para anggota militan.
Disamping itu, Dabiq juga digunakan untuk menyebar paham ISIS, guna merekrut anggota baru yang akan memperluas jaringannya di seluruh dunia.
Walaupun Dabiq jarang menjadi sorotan, majalah ini sebenarnya cukup menarik hati masyarakat negara-negara Barat yang umumnya masih terjebak dalam islamophobia.
Dabiq sendiri diambil dari nama sebuah kota di wilayah utara Suriah.
Kota Dabiq diyakini ISIS sebagai tempat di mana akan terjadinya pertarungan final mereka dengan dunia.