TRIBUNNEWS.COM - Pada tahun 1988, terjadi tragedi mengerikan di langit Skotlandia.
259 penumpang dan seluruh kru pesawat tewas, setelah teroris meledakkan pesawat Boeing 747 yang sedang dalam penerbangan.
Melansir dari Daily Mail, salah satu jenazah yang segera dibawa ke kantor polisi Lockerbie adalah bayi berusia 20 bulan.
Bayi itu jatuh dari langit dan terhempas di sebuah area pertanian di luar kota Lockerbie.
Jasadnya dibawa oleh petani menggunakan traktornya.
Tragedi Lockerbie, Saat Ratusan Jasad Berjatuhan dari Langit Bersama Ribuan Puing Pesawat
Seorang polisi bernama Colin Dorrance saat itu masih menjadi perwira muda.
Kala itu, Dorrance merasa bahwa bayi yang telah tak bernyawa itu seolah hanya tidur saja.
Meskipun sebenarnya ia ingin tahu identitas bocah itu, tetapi ia tak menelusurinya lebih lanjut karena alasan profesionalitas.
30 tahun setelah tragedi itu terjadi, Dorrance yang kini sudah berusia 48 tahun dan pensiun dari polisi, akhirnya berhasil mengetahui nama bayi itu, yang jika masih hidupnya usianya sekitar 30 tahun.
Baru-baru ini, kerabat korban pengeboman pesawat itu melakukan perjalanan 3.238 mil, untuk menandai 30 tahun peristiwa tragis tersebut.
Mereka mengunjungi tempat-tempat di mana sanak saudara mereka ditemukan meninggal.
Dari keluarga korban itulah Dorrance mengetahui jika bayi itu bernama Bryony Owen.
Jasad bayi itu dikubur bersama ibunya.
Tragedi Jatuhnya Silk Air 185 di Sungai Musi Masih Misteri
Kepada BBC Dorrance mengatakan, dirinya tak menyangka jika bayi yang ditemukan di ladang itu adalah penumpang pesawat Pan Am 103 yang dibom.
"Pada saat itu semuanya terjadi begitu cepat. Ada ratusan penumpang yang dibawa ke balai kota. Bertahun-tahun sejak itu adalah sesuatu yang menggangguku. Itu adalah momen yang ekstrem dan intens," ungkap Dorrance.
Ibu dari bayi itu masih berusia 29 tahun saat menumpang pesawat Pan Am 103.
Baca: Kisah Penyintas Bunuh Diri Asal Gunungkidul yang Menemukan Semangat Hidup Kembali
Baca: Baru Berjalan Beberapa Langkah Tinggalkan Makam Ibunya, Roro Fitria Tiba-tiba Terjatuh Pingsan
Ia hendak terbang ke New York untuk bertemu tunangannya, Seth Friendmen, untuk mempersiapkan pernikahan di awal tahun baru.
Saat itu, ibu Bryoni sedang hamil anak keduanya dan melakukan penerbangan bersama Bryoni.
Namun, pengeboman yang terjadi di pesawat itu merenggut impian ibu Bryoni.
"Dia memiliki segalanya untuk diharapkan. Dia telah bertemu cinta dalam hidupnya dan akan menghabiskan Natal bersamanya. Dia sangat bersemangat," ungkap Betty Thomas, nenek dari Bryonni.
Selain ibu dan anak itu, 35 korban lainnya adalah mahasiswa Universitas Syracuse di AS, yang sedang melakukan perjalanan pulang untuk liburan Natal. (*)