Laporan Wartawan Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra
TRIBUNNEWS.COM, CHONGQING - Nama Ahmad Heryawan, mantan Gubernur Jawa Barat, masih melekat di ingatan sejumlah orang di Kota Chongqing, China.
Pada Mei 2018 lalu Ahmad Heryawan berkunjung ke wilayah tersebut dan menjalin kesepakatan menjadikan Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Chongqing sebagai dua provinsi bersaudara.
"Kami dan Provisi Jawa Barat sepakat menjadi dua provinsi bersaudara," ujar Tan Wen, Deputi Direktur Jenderal Kantor Urusan Luar Negeri Provinsi Chongqin, Jumat (1/10/2018).
Bukan hanya Tan Wen saja yang mengingat nama Ahmad Heryawan, tetapi juga petugas Chongqing Planning Exhibition.
"Mr Ahmad Heryawan pernah berkunjung ke sini," ujar petugas tersebut.
Chongqing Planning Exhibition memang pantas dikunjungi karena di lokasi tersebut tersaji presentasi secara digital mengenai road map Provinsi Chongqing.
Baca: Menjajal Kereta Api Cepat Guangzhou-Nanning, Lebih Stabil Nyaris Tanpa Getaran
Pemerintah Kota Chongqing pernah berkunjung ke Bandung, Agustus 2018 lalu, dan menandatangani kesepakatan mengenai pariwisata.
Meski menjadi provinsi bersaudara dengan Jawa Barat, belum ada penerbangan langsung dari Chongqing ke Indonesia pergi pulang.
"Bandara internasional sudah ada di Chongqing, namun belum ada yang direct ke Indonesia, harus lewat Beijing atau Guangzhou," kata Tan Wen.
Pria ramah tersebut menyebut setiap tahun Pemerintah Provinsi Chongqing mengirim 15 guru untuk melakukan studi banding ke Bali.
"Kami juga punya kerja sama dengan sebuah Universitas Widya Kartika di Surabaya, Jawa Timur, terkait dengan pelajaran bahasa Mandarin," ujar Tan Wen.
Di Provinsi Chongqing tercatat ada sekira 400 mahasiswa asal Indonesia.
"Kami juga bekerja sama dengan Universitas Taruma Negara, Jakarta," tambahnya.
Kedutaan Besar China di Indonesia mengajak sejumlah cendekiawan dan jurnalis berkunjung ke Provinsi Guangzi dan Chongqing, 30 Oktober-3 November 2018.
Para cendekiawan yang ikut dalam rombongan yaitu:
1. Prof AA Banyu Perwita PhD dari President University.
2. Dr Ganewati Wuryandari, Kepala Pusat Riset Sumber Daya Regional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3. Dr Asra Virgianita, Wakil Ketua Pusat Studi Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.
4. Windy Dermawan, Kepala Pusat Studi ASEAN Universitas Padjadjaran, Bandung.