Mamareen mengatakan, putrinya itu belum mengetahui bahwa ibunya sudah menjual dia kepada seorang laki-laki.
"Dia belum tahun saya menjual dia. Bagaimana dia tahu? Dia masih anak-anak. Saya tak punya pilihan. Siapa yang tega menjual buah hatinya jika benar-benar tak terpaksa?" tanyanya.
Pembeli Akila hanya tinggal beberapa meter dari tenda tempat tinggalnya.
Meski sama-sama tinggal di tenda tetapi tempat yang ditinggali Najmuddin memang terlihat lebih baik.
Proses penjualan Akila ini pada dasarnya adalah bagian dari budaya tetapi bagi Najmuddin keputusan ini adalah cara dia berderma.
"Keluarganya tak punya apa-apa untuk dimakan. Mereka kelaparan. Saya juga miskin, tapi saya yakin bisa melunasi pembelian ini selama dua atau tiga tahun," ujar Najmuddin.
Najmuddin menambahkan, hal yang terjadi pada Akila sudah biasa terjadi. Bahkan ada seorang pria tua menikahi seorang gadis muda.
Najmuddin juga korban kekeringan yang menghancurkan pertanian di wulayah barat Afghanistan yang biasnya merupakan lumbung pangan negeri itu.
"Panen gandum gagal, kami juga tak bisa menanam melon, dan tanaman lain juga tak bisa tumbuh karena kekeringan," ujar Najmuddin. "Kami kehilangan hewan ternak. Domba, sapi, kambing semua mati kelaparan dan tak ada yang tersisa bagi kami," lanjut dia.
Tak hanya Mamareen yang menjual anaknya. Seorang pria yang tak mau disebut namanya juga tengah berpikir untuk menjual putrinya yang berusia empat tahun.
"Saya tak punya pilihan. Saya tak punya uang dan sumber pendapatan. Pria itu datang dan memberi dua tawaran yaitu mengembalikan uangnya atai menyerahkan putri saya. Saya memilih yang terakhir," kata pria itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kelaparan, Ibu di Afghanistan Jual Anaknya yang Berumur 6 Tahun"
Penulis : Ervan Hardoko