Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KRIMEA - Pemerintah Ukraina menyebut ada enam pelaut yang terluka dalam serangan yang dilakukan kapal patroli Rusia.
Serangan itu terjadi di perairan Laut Hitam pada hari Minggu kemarin.
Kementerian Pertahanan Ukraina pun telah mengumumkan perintah menempatkan pasukan militer negara itu pada kesiagaan penuh untuk bertempur melawan Rusia.
Ukraina menuduh kapal-kapal Angkatan Laut Rusia secara ilegal berusaha mencegat kapal-kapal milik mereka dengan menabrak kapal tunda.
Kapal Ukraina sejak awal berusaha untuk terus menuju Selat Kerch, yang dianggap sebagai satu-satunya akses yang mereka miliki untuk bisa menuju Laut Azov.
Baca: Ariel Noah Punya Misi Khusus Saat Jadi Juri Ajang Pencarian Bakat
Namun akhirnya kepentingan mereka itu digagalkan kapal tanker milik Rusia yang diposisikan di bawah jembatan.
Dikutip dari laman CNBC, Selasa (27/11/2018), seorang peneliti lembaga think tank Chatham House yang berbasis di London, Inggris, Orysia Lutsevych mengatakan kepada CNBC melalui emailnya pada Senin kemarin.
Baca: Titi Kamal dan Keluarga Ancang-ancang Liburan Akhir Tahun di Benua Eropa
"Secara politis, Rusia tertarik menebar kekacauan di Ukraina dan bertujuan untuk melemahkan Presiden yang berkuasa dalam upayanya untuk kembali terpilih pada 2019 mendatang," kata Lutsevych.
"Tindakan agresi ini menguji ketetapan dan kemampuan Angkatan Bersenjata Ukraina untuk mempertahankan integritas teritorial Ukraina,".
Sementara itu Dinas Keamanan Federal Rusia, sebuah lembaga penegak hukum yang dikenal sebagai FSB mengkonfirmasi bahwa salah satu kapal patrolinya telah menggunakan senjata untuk merebut tiga kapal Ukraina.
Baca: Jokowi Sebut Hilirisasi Industri Jadi Solusi Atasi Defisit Transaksi Berjalan, Manjurkah?
Namun lembaga tersebut membantah telaj melukai enam pelaut.
Mereka mengklaim hanya melukai tiga pelaut dalam proses perebutan kapal.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Senin kemarin dan menuding balik Ukraina yang dinilai telah merencanakan peristiwa itu.
Lembaga tersebut menganggap kemungkinan besar Ukraina telah merencanakan insiden itu sebelumnya dan berusaha menuduh Rusia sebagai negara tetangga yang mencoba memancing reaksi mereka.
Seorang Juru Bicara untuk Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menjelaskan kepada stasiun televisi milik pemerintah bahwa seorang Diplomat senior Ukraina akan dipanggil untuk membahas kebuntuan hubungan itu.
Setelah terjadinya insiden tersebut, Selat Kerch telah kembali dibuka oleh Rusia pada Senin dini hari waktu setempat.