TRIBUNNEWS.COM - Natal mulai resmi menjadi hari libur nasional di Irak pada 2008.
Kini, setahun setelah ISIS dinyatakan kalah, Irak merayakan Natal dengan begitu meriah.
Pohon Natal tertinggi kembali berdiri di taman hiburan al-Zawra di Baghdad dengan tinggi 26 meter dengan diameter 10 meter.
Melansir The New Arab, Minggu (23/12/2018), pejabat taman hiburan, Qais Adnan, mengatakan pohon Natal didirikan untuk merayakan keragaman agama di Irak.
Seorang penduduk Baghdad bernama Rasha al-Taie mengatakan, pohon itu mewakili cinta, perdamaian, dan solidaritas antara umat Kristen dan muslim.
Inisiatif pendirian pohon Natal ini dimulai sejak Desember dua tahun lalu.
Seorang pengusaha bernama Yassir Saad menyatakan, pohon dibangun sebagai tanda persatuan dengan umat Kristen.
"Bergabung dengan saudara-saudara Kristen kita dalam perayaan liburan mereka dan membantu rakyat Irak melupakan kesedihan mereka," katanya waktu itu.
Kepala Gereja Katolik Khaldea di Baghdad Louis Raphael Sako mengatakan, umat kristen masih mengalami pembatasan di Irak, terlepas dari kekalahan ISIS.
"Hak-hak mereka telah dilanggar, banyak rumah dan properti mereka diserang dan diambil. Mereka juga dikesampingkan dalam hal pekerjaan," ucapnya.
Mayoritas orang yang masih telantar, termasuk umat Kristen, menolak kembali ke rumah karena kurangnya keamanan dan layanan dasar di wilayah asal mereka.
Menurut dia, jika ideologi ekstremis semacam itu bisa menjadi masalah yang mungkin berkontribusi pada kembalinya Al-Qaida dan ISIS dalam bentuk berbeda.
ISIS membuat umat Kristen di Irak mencari perlindungan di wilayah Kurdistan.
Hingga kini, wilayah ini menyediakan tempat berlindung bagi lebih 1,8 juta warga Irak dari berbagai agama yang mengungsi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setahun Bebas dari ISIS, Pohon Natal Tertinggi Didirikan di Baghdad".