TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Seorang pangeran dari kerajaan Arab Saudi membentuk kelompok oposisi yang bertujuan membantu orang-orang yang ingin melarikan diri dari kerajaan.
Selain itu juga menyerukan untuk dilakukannya reformasi terhadap pemerintahan kerajaan yang dianggap sangat konservatif.
Pangeran Khaled bin Farhan al-Saud, yang melarikan diri dari Saudi pada 2007 silam mengatakan, dirinya tergerak untuk bertindak setelah melihat nasib yang menimpa jurnalis Jamal Khashoggi.
Dia menilai Arab Saudi memerlukan sistem pemerintahan baru yang lebih demokratis.
"Kita membutuhkan sistem pemerintahan baru di Arab Saudi seperti negara-negara demokrasi lainnya, di mana rakyat memiliki hak untuk memilih pemerintah dan menciptakan Arab Saudi yang baru," kata pangeran yang kini tinggal di Jerman.
Pangeran Khaled membentuk kelompok oposisi yang diberi nama Gerakan Kebebasan Rakyat Semenanjung Arab.
Grup tersebut akan memberikan bantuan pengacara, penerjemah, dan akses untuk suaka di Eropa kepada orang-orang yang ingin melarikan diri dari kerajaan.
"Kami memiliki visi untuk sistem peradilan, untuk hak asasi manusia dan akuntabilitas, tetapi saat ini kami akan fokus pada konstitusi dan aktivisme untuk membantu warga Saudi di Eropa," ujarnya kepada The Independent dikutip The New Arab.
Gagasan untuk memberi bantuan kepada warga Saudi yang melarikan diri, disampaikan Khaled, didapatnya dari kasus pembunuhan Khashoggi, cerita perempuan remaja Rahaf al-Qunun, serta pengalamannya yang harus melarikan diri karena menghindari penangkapan.
"Saya meninggalkan Saudi pada 2007 setelah saya diperingatkan ada perintah penangkapan saya karena mengkritik pemerintah," jelasnya.
"Saya telah merasakan penderitaan ini sendiri dan kini saya ingin membantu orang lain yang menghadapi masalah yang sama."
"Saat Anda menyerukan melawan pemerintah maka Anda butuh bantuan," ujarnya.
Pangerah Khaled mengatakan, dirinya adalah bagian dari keluarga kerajaan yang berseberangan dengan penguasa de facto dan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman.
Saat ini saudara perempuan dan ayahnya telah menjadi tahanan rumah di Arab Saudi.
Pangeran Khaled mengatakan, saat ini sudah waktunya Arab Saudi beralih menjadi monarki konstitusi dengan perdana menteri dan kabinet terpilih demi mengakhiri pelanggaran HAM dan ketidakadilan yang terjadi di kerajaan.
"Keluarga kerajaan tetap bisa menjadi tokoh simbolis kepala negara, seperti ratu Inggris, tetapi mereka akan kehilangan seluruh hak politiknya," kata Khaled.
Pangeran Khaled berharap dirinya tidak menjadi anggota kerajaan Saudi terakhir yang menyerukan reformasi dan mengharap akan ada anggota keluarga kerajaan lainnya yang bergabung dengannya.
"Kami ingin bangkit melawan ketidakadilan dan menyelamatkan negara dari kehancuran," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bentuk Oposisi, Pangeran Saudi di Pengasingan Serukan Pergantian Rezim Kerajaan