TRIBUNNEWS.COM, SELANDIA BARU - Kisah-kisah kepahlawanan penuh keberanian bermunculan usai serangan teror di dua masjid di Christchurch di Selandia Baru.
Sebanyak 50 orang meninggal dunia dalam penembakan di dua masjid di Christchurh, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Serangan itu terjadi saat momen salat Jumat. Selain puluhan orang yang meninggal, 50 lainnya terluka dan dua orang kini dalam kondisi kritis.
Polisi telah mengamankan pelaku serangan. Pria Australia atas nama Brenton Tarrant, 28, yang menyiarkan aksi penembakan tersebut melalui Facebook, telah hadir di persidangan pada Sabtu (16/3/2019).
Dia dikembalikan ke tahanan tanpa pembelaan dan dijadwalkan kembali hadir di persidangan pada 5 April mendatang.
Baca: Korban Pertama Penembakan di Masjid Selandia Baru akan Dimakamkan Sore Ini
Tetapi di balik tragedi itu, bermunculan kisah-kisah kepahlawanan penuh keberanian usai serangan teror di dua masjid di Christchurch di Selandia Baru.
Dua dari enam orang berkebangsaan Pakistan yang meninggal adalah Naeem Rashid, 50 tahun, dan putranya, Talha, 21 tahun. Mereka telah tinggal di Selandia Baru sejak 2010.''
Rashid disebut sebagai pahlawan di media sosial karena terlihat berusaha menghentikan sang penembak di Masjid Al Noor, sebelum tewas ditembak.
Saudaranya, Khursheed Alam yang tinggal di kota Abbottabad di utara Pakistan, mengatakan pada wartawan BBC Secunder Kermani, dia sangat bangga atas keberanian yang dilakukan adiknya.
"Dia sangat berani," kata Alam. "Saya mendengar dari orang-orang di sana...ada beberapa saksi yang mengatakan dia menyelamatkan beberapa orang dengan mencoba menghentikan pelakunya."
Dia menambahkan, kendati saudaranya dielu-elukan sebagai pahlawan, peristiwa tersebut tetaplah tragedi bagi keluarganya.
"Itu menjadi kebanggaan kami, namun itu juga merupakan tragedi. Rasanya seperti kehilangan anggota tubuh."
Dia juga mengatakan sangat marah atas apa yang terjadi pada adiknya.