TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu kemarin, mendesak pemerintah Selandia Baru untuk segera memberikan keadilan kepada para korban serangan di dua masjid di kota Christchurch, South Island, Selandia Baru.
Ia meminta agar hukuman ditegakkan bagi tersangka pelaku penyerangan tersebut.
Dikutip dari laman Australian Herald, Minggu (17/3/2019), dalam cuitan melalui akun Twitternya, ia mengutuk serangan yang terjadi pada Jumat siang menjelang sore itu.
"Saya mengutuk keras serangan teror terhadap Masjid Al Noor dan Linwood di Selandia Baru serta jamaah muslim di sana, semoga Allah mengampuni para korban dan memberikan pemulihan cepat bagi mereka yang terluka,".
Baca: Kesaksian WNI yang Lolos dari Serangan Teror di Selandia Baru
Ia menggambarkan insiden itu sebagai bentuk 'pembantaian'.
Kantor berita Turki Anadolu pun mengutip pernyataan Erdogan yang mengecam pelaku penyerangan, Brenton Tarrant.
Tarrant diketahui telah mengirimkan email manifesto sebanyak 87 halaman ke Kantor Perdana menteri Selandia baru Jacinda Ardern, sesaat sebelum melakukan serangan pada dua masjid di Christchurch.
Di dalam maninfesto itu, ia diduga menyebutkan pula tentang serangan tersebut.
Kunjungan yang dilakukan pemuda berusia 28 tahun itu ke Istanbul, Turki beberapa waktu lalu serta penyebaran ide-ide anti-migran dan anti-Muslim juga menjadi bagian dari data tersebut.
"Ia datang ke Istanbul selama tiga hari pada kali pertama, dan 40 hari pada kali kedua, tapi apa hubungannya ? Kita akan segera mengetahuinya," kata Erdogan dalam menghadapi manifesto.
"Ia (pelaku) berbicara omong kosong dengan mengatakan bahwa 'kami ingin membunuh anda jika anda menyeberang ke bagian Barat Selat, kami akan datang ke Istanbul dan menghancurkan semuanya' dalam manifesto yang ia tinggalkan,".
"Bagaimana bisa seorang pembunuh berniat buruk terhadap Muslim dan Turki," tegas Erdogan merujuk pada pelaku penyerangan di Selandia Baru.
Erdogan lebih lanjut mencatat bahwa pelaku penyerangan 'menghiasi' senjatanya dengan nama-nama semua musuh Turki dan Muslim sejak Pengepungan kedua Vienne pada 1683, termasuk para tiran Perang Salib.
Dalam salah satu serangan teror paling mematikan di Selandia Baru itu, pelaku melakukan aksi penembakan tanpa pandang bulu di dua masjid di Christchurch selama solat Jumat.
Serangan itu menewaskan 50 orang dan menyebabkan kritis belasan orang serta mencederai 39 lainnya.
Mereka kini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Christchurch, sementara itu seorang anak telah dipindahkan ke Rumah Sakit Starship, Auckland.
Pelaku penyerangan, Brenton Tarrant (28) pun telah ditangkap dan dihadirkan di depan pengadilan pada Sabtu kemarin dengan tuduhan pembunuhan terkait serangan teror di Christchurch.
Ia pun dikembalikan ke tahanan tanpa permohonan hingga 5 April mendatang.
Sebelumnya, menggunakan senjata semi-otomatis, pelaku melancarkan serangan 'terencana' ke Masjid Al Noor dan Masjid Linwood melalui tembakan brutal yang menyasar para jemaah.