Pemilu di India sebetulnya lebih besar dalam skala karena jumlah pemilih di sana mencapai 930 juta orang.
Namun pemilu mereka dilaksanakan selama enam pekan dari 11 April hingga 19 Mei 2019, dan dilaksanakan bergiliran di berbagai negara bagian.
Baca: Viral Protes Basuki Tjahaja Purnama di TPS Osaka, Ini Penjelasan PPLN...
Total partai politik lokal dan nasional yang ikut serta dalam pemilu di India mencapai 450 partai, sedangkan di Indonesia hanya 16 partai dan seluruhnya adalah partai politik yang bersifat nasional.
Pemilu di India menghabiskan biaya sekitar US$6,5 milyar atau Rp92 triliun, sementara pemilu di Indonesia sebesar Rp24,8 triliun.
Pemilu di Indonesia ini akan dilaksanakan oleh para petugas KPU, termasuk petugas lokal, dengan jumlah total enam juta orang. Bandingkan dengan India yang mengerahkan 10 juta orang untuk pemilu mereka.
Jumlah TPS di Indonesia yang mencapai 809.500 ini akan melayani antara 200-300 orang, sementara di India dengan jumlah TPS sebanyak sekitar satu juta, jumlah orang yang dilayani mencapai 650.
Efisiensi di TPS inilah yang menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan pemilu di kedua negara.
Manual
Satu hal yang juga dipandang unik oleh Lowy Institute adalah penggunaan paku secara manual untuk mencoblos atau membuat lubang pada kertas suara.
Di berbagai negara, pemilu dilakukan dengan menggunakan perangkat elektronik atau e-voting, atau setidaknya dengan alat tulis seperti pulpen.
Penghitungan juga dilakukan secara manual.
Pelaksanaan pencoblosan dan penghitungan secara manual ini menurut pengajar jurusan ilmu politik dari Universitas Indonesia Sri Budhi Eko Wardhani membuat pemilu di Indonesia termasuk unik dan paling kompleks di dunia.
Penghitungan manual secara berjenjang itu juga membuat hasil penghitungan atau rekapitulasi berlangsung lama. "Mungkin Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang hasil penghitungan suaranya baru diketahui 30 hari sesudahnya," kata Dhani.