Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - CEO JR Tokai Shin Kaneko mengungkapkan adanya keterlambatan pengoperasian kereta api cepat Shinkansen Linear yang semula dijawadkan akan beroperasi pada 8 tahun mendatang atau tahun 2027.
"Cukup banyak dan berat hambatan khususnya di Perfektur Shizuoka saat ini sehingga diperkirakan jadwal pembukaan dimulainya Shinkansen Linear akan terlambata, diundur dari waktu yang sudah direncanakan semula," ungkap CEO JR Tokai Shin Kaneko saat menggelar jumpa pers terkait keterlambatan proyek shinkansen di Nagoya, Kamis (30/5/2019).
Rencana untuk membuka jalur rel levitasi-magnetik (Shinkansen Linear) antara Tokyo dan Nagoya pada 2027 dapat mengalami penundaan akibat perselisihan tentang dampak konstruksi pada sungai lokal.
Proyek Shinkansen ini melibatkan tiga perfektur yaitu Yamanashi, Shizuoka dan Nagano.
"Kami tidak dapat memulai konstruksi khususnya di Shizuoka adanya hambatan, tanggal peluncuran yang dijadwalkan dapat berdampak," kata Kaneko.
Oleh karena itu dibutuhkan persiapan dengan cepat dan beralih ke proses penggalian terowongan.
Proyek ini membutuhkan terowongan yang menembus daerah pegunungan di Jepang yang disebut "Southern Alps."
Soal & Kunci Jawaban Buku Latihan Matematika Kelas 5 SD Halaman 41 Kurikulum Merdeka : Latihan Bab 3
15 Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 4 SD BAB 4 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Meliuk dan Menerjang
Operator kereta api, yang dikenal sebagai JR Tokai, telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah daerah setempat dan ditemukan adanya komplain bahwa konstruksi akan mengurangi aliran air di sungai setempat.
JR Tokai telah maju di bagian proyek selain menggali terowongan, seperti pembangunan penginapan untuk pekerja.
"Bagian-bagian yang sedang dibangun hampir selesai," kata Kaneko.
"Kami berharap untuk membawa konstruksi ke fase berikutnya setelah kami mendapatkan pemahaman khususnya dari masyarakat Shizuoka," tambahnya.
Masyarakat Shizuoka khususnya yang dilewati jalur Shinkansen Linear bulan lalu melakukan komplain.
Kemudian disusul dengan pengajuan petisi ke pengadilan setempat tanggal 8 Mei 2019, untuk pemberhentian proyek Shinkansen tersebut dengan alasan suara bising dan dampak lingkungan lainnya, seperti terhalangnya rumah penduduk akibat adanya jembatan Shinkansen tersebut menghalangi sinar matahari rumah penduduk.