News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pria Ini Idap Penyakit Aneh, Tumbuh Banyak Kulit Mirip Kayu di Tangannya

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Begini kondisi terakhir Abul Bajandar si 'Manusia Pohon'.

TRIBUNNEWS.COM, DHAKA -  Seorang pria di Bangladesh yang dijuluki " Manusia Pohon" menginginkan supaya tangannya diamputasi agar dia bisa terbebas dari rasa sakit.

Sejak 2016, pria bernama Abul Bajandar itu sudah menjalani 25 kali operasi untuk menghilangkan kulit mirip kayu yang tumbuh di tangannya karena sindrom langka.

Dilaporkan AFP via Straits Times Senin (24/6/2019), dokter meyakini mereka sudah mengalahkan penyakit itu.

Namun Mei 2018 lalu, dia ke klinik di Dhaka karena kambuh.

Ayah satu anak berusia 28 tahun itu kemudian dirujuk rumah sakit Januari lalu setelah kondisinya semakin mengkhawatirkan karena jaringan di tangan tumbuh beberapa inci.

"Saya tidak bisa menanggung rasa sakit ini. Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya meminta dokter memotong tangan saya agar saya mendapat sedikit kelegaan," keluh Bajandar.

Baca: Uang Tunai Rp 118 Juta Disita dari 4 WN Bulgaria Terdakwa Pembobol Uang Nasabah

Ibunya, Amina Bibi, juga mendukung keinginan putranya. Sebab dalam pandangannya, Bajandar sangat tersiksa dengan keadaannya.

"Setidaknya dia bebas dari rasa sakit," katanya.

Kondisi Bajandar terjadi karena dia menderita pidermodysplasia verruciformis.

Sebuah kondisi genetik langka yang lazim disebut sebagai "sindrom manusia pohon".

Bajandar mengaku ingin ke luar negeri supaya bisa mendapat perawatan yang lebih baik.

Namun, dia tidak mempunyai cukup uang untuk membayar biaya pengobatannya.

Kepala Bedah Plastik Rumah Sakit Universitas Dhaka Samanta Lal Sen berkata, tujuh dokter bakal mendiskusikan penyakit Bajandar Selasa besok (25/6/2019).

Menurut Samanta, Bajandar sudah memberikan pendapat pribadinya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini