TRIBUNNEWS.COM - Rusia berencana untuk memproduksi setidaknya 200 pesawat Sukhoi Superjet 100 lainnya.
Hal tersebut dikatakan Menteri Perindustrian Denis Manturov kepada Reuters, meskipun kecelakaan fatal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang masa depan jet penumpang pertama negara itu.
Sukhoi Superjet yang dioperasikan Aeroflot terbang dari Moskow ke kota Murmansk di Rusia utara, terbakar pada 5 Mei ketika pesawat itu mendarat darurat di bandara Moskow, menewaskan 41 orang.
Jauh sebelumnya, pesawat itu juga pernah mengalami kecelakaan menabrak gunung Salak di Indonesia.
Manturov mengatakan permintaan untuk pesawat tetap kuat dan rencana produksi tidak berubah.
"Bencana itu tidak mempengaruhi pelanggan kami, baik potensial atau mereka yang sudah memiliki kontrak," kata Manturov dalam wawancara yang dibuka untuk publikasi pada hari Senin.
Baca: Komite Investigasi Selidiki Kecelakaan Pesawat Sukhoi yang Tewaskan 41 Orang
Namun dia tidak merinci waktu untuk produksi 200 pesawat yang dipesan tersebut.
Yang pasti, Rusia menghabiskan US$ 2 miliar untuk mengembangkan dan menyiapkan produksi Superjet, yang telah beroperasi sejak 2011.
Perusahaan milik negara itu telah menyelesaikan produksi sekitar 200 pesawat. Permintaan tahunan saat ini adalah 25-30 pesawat dibandingkan dengan ekspektasi awal 50, karena persaingan ketat dengan produsen lain, kata Manturov.