Perempuan yang disebutkan sebagai "salah satu petempur ISIS" bernama "Sodermini" (Sudarmini) ini tengah "mengandung enam bulan dan dipukul serta disiksa dan ditemukan memar di tubuhnya".
"Dia meninggal akibat (tindak) kekerasan," tulis kantor berita yang berkantor di wilayah Kurdi, Al Hasaka, Suriah Utara itu mengutip hasil pemeriksaan dokter forensik.
Yudha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri mengatakan "masih melakukan verifikasi kewarganegaraan apakah benar yang bersangkutan warga negara Indonesia".
- Kemenlu akan verifikasi klaim sejumlah WNI di kamp pengungsi eks ISIS di Suriah
- Puluhan WNI ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS di kamp pengungsi Suriah
- Sampai kapan puluhan ribu keluarga eks ISIS ditempatkan di kamp pengungsi Al-Hol?
Kantor berita Hawar menyatakan identitas lain yang didapat terkait Sodermini adalah, ayahnya bernama Sardi dan ibunya bernama Nasia, berumur sekitar 30-an dan "ibu dari tiga anak".
Motif dari pembunuhan ini masih belum jelas.
Kasus kekerasan antara para petempur ISIS sering terjadi di kamp Al-Hol, yang menampung ribuan keluarga pejuang asing ISIS, menurut kantor berita Hawar.
Al-Hol terletak di Suriah barat laut dan berada di bawah administrasi Kurdi.
Semacam bom waktu
Para pengamat mengatakan kamp ini menjadi "semacam bom waktu" karena sangat rawan kekerasan.
Pejabat Kurdi, Mustafa Bali, menyatakan kepada BBC News Indonesia Maret lalu bahwa ia menyaksikan setidaknya "puluhan WNI" yang berada di kamp itu.
Warga Indonesia ini sebelumnya berada di Baghuz, kantong terakhir kelompok ISIS, yang direbut oleh Pasukan Demokratis Suriah, SDF pimpinan suku Kurdi pada awal tahun ini.
Salah seorang warga Indonesia, Maryam, menyebut berasal dari Bandung, Jawa Barat dan menyatakan "ingin pulang ke Indonesia".
Bersama empat anaknya, Maryam ditemui di Al-Hol pada pekan pertama bulan Maret oleh Afshin Ismaeli, seorang wartawan lepas.
"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz ... kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam dalam rekaman video yang dibuat Afsin.
Menurut salah seorang pejabat Kurdi seperti dikutip kantor berita AFP, lebih dari 9.000 keluarga pendukung ISIS yang berasal dari luar negeri ditampung di kamp Al-Hol.
Kamp ini dibangun untuk sekitar 20.000 orang, namun saat ini menampung lebih dari 70.000 orang.
Kurdi kewalahan setelah kantong terakhir ISIS jatuh
- Repatriasi WNI eks-ISIS : Pemerintah belum ambil keputusan, BNPT setuju eks-kombatan diadili di Suriah
- Puluhan WNI pendukung ISIS pulang, ‘sebagian ahli membuat bom’
- Kamp al-Hol: Perempuan dan anak-anak ISIS yang tak diinginkan siapa-siapa
Pejabat pada Otoritas pimpinan Kurdi di Suriah Utara, Abdul Karim Omar menyatakan kepada BBC Maret lalu mereka kewalahan dalam menghadapi ribuan orang yang keluar dari kantung terakhir wilayah ISIS di Baghuz.
Sekitar 1.000 pejuang asing termasuk di antara ribuan orang yang ditahan oleh pihak Kurdi di sejumlah penjara dan disebutkan berasal dari sekitar 50 negara.
Abdul Karim Omar, mengatakan fakta bahwa hanya sedikit negara yang merepatriasi warganya yang bergabung dengan ISIS membuat masalah semakin rumit.
Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan awal Juli lalu bahwa pemerintah belum mengambil keputusan apakah akan merepatriasi mereka.
"Bukan sekadar memulangkan orang ini. Masalah ideologinya kan sudah keras, dan lain sebagainya, bagaimana kita bisa mereduksi ideologi itu, bagaimana treatmentnya, itu harus kita pikirkan dengan baik," kata Suhardi dalam diskusi 'Para Pengejar Mimpi ISIS: Layakkah mereka kembali?'
PBB: Adili atau Dibebaskan
PBB menyatakan puluhan ribu petempur dan anggota keluarga kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) yang ditahan di Irak dan Suriah harus diadili atau dibebaskan.
Hal itu dikatakan oleh Komisioner Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet dalam pertemuan Dewan HAM PBB di Jenewa, Senin (24/06).
Ia juga mendesak sejumlah negara untuk bertanggung jawab atas warga negara mereka dan mengambil mereka kembali jika terbukti tidak bersalah.
Dia mengatakan anak-anak terutama menderita "pelanggaran serius" terkait dengan hak hak asasi mereka.
Wilayah kekuasaan terakhir ISIS direnggut pada bulan Maret dan sekitar 55.000 orang ditahan.
- Kisah mantan budak seks ISIS yang dipaksa berpisah dengan anak kandungnya
- Tiga warga Prancis 'yang bergabung ke ISIS' dihukum mati di Irak
- Kepala Kontraterorisme Malaysia: 'Gerombolan serigala ISIS' di Malaysia teradikalisasi anggota ISIS asal Indonesia
Apa yang dikatakan Bachelet?
Komisioner Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan seharusnya tidak terdapat keraguan tentang nasib para tahanan.
"Akuntabilitas lewat pengadilan yang tidak berpihak melindungi masyarakat dari radikalisasi dan kekerasan di masa depan," katanya, dan dia menambahkan tetap ditahannya orang-orang yang diduga melakukan kejahatan tidak bisa diterima.
Bachelet kemudian mengatakan: "Anggota keluarga warga asing seharusnya direpatriasi, kecuali mereka akan diadili karena kejahatan sesuai dengan standar internasional."
- Demo 22 Mei: Polisi sebut kelompok pendukung ISIS 'tunggangi' protes di Jakarta
- ISIS rilis video terbaru Abu Bakr al-Baghdadi setelah kemunculan pertamanya lima tahun lalu
- ISIS: Perempuan dan anak-anak yang tak diinginkan siapa pun
Dia terutama menggarisbawahi nasib anak-anak petempur ISIS, yang jumlahnya dilaporkan sekitar 29.000 orang.
"Negara seharusnya memberikan akses kewarganegaraan yang sama terhadap anak-anak di daerah konflik sama seperti yang lainnya.
"Menerapkan status tidak memiliki kewarganegaraan terhadap anak-anak yang sudah banyak menderita adalah tindakan kejam," katanya.
Siapakah para tahanan dan dimana mereka berada?
Kebanyakan berada di kamp al-Hol, Suriah timur laut, yang mengalami lonjakan jumlah penghuni sejak runtuhnya daerah kekuasaan ISIS di Suriah.
Sekitar 1.000 petempur asing ISIS ditangkap Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS tetapi ratusan orang telah dipindahkan ke Irak untuk diadili. Yang tersisa sebagian besar adalah anggota keluarga mereka.
PBB menyatakan terdapat sekitar 29.000 anak-anak petempur asing ISIS di Suriah, 20.000 di antaranya dari Irak, tetapi secara keseluruhan terdapat sekitar 50 kewarganegaraan.
- Buletin ISIS bahasa Indonesia, Fatihin, dukung serangan teror Surabaya
- WNI yang bergabung ISIS, Indonesia 'tidak bisa tolak deportasi'
- Benarkah Bahrumsyah, komandan tertinggi ISIS asal Indonesia tewas di Suriah?
Meskipun demikian, karena sebagian besar anak lahir di Suriah, negara asal orang tua sering kali menolak menerima mereka.
Prancis, Rusia, Maroko, Arab Saudi dan Belanda telah mengambil sebagian dari mereka. Australia juga memastikan telah mengungsikan enam anak dari keadaan yang "suram dan rumit" di kamp pengungsi Suriah.
Tetapi banyak negara yang menunjukkan ketidakinginan untuk mengizinkan repatriasi. Mereka khawatir pengadilan petempur ISIS kemungkinan sulit dilakukan dan masyarakat sering kali berpandangan sangat menolak pemulangan kembali.
Para peneliti memperkirakan lebih dari 40.000 warga asing dari 80 negara bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah dari bulan April 2013 sampai Juni 2018.
Irak telah menawarkan untuk mengadili semua petempur asing yang ditangkap di Suriah. Beberapa warga Prancis adalah bagian dari kelompok yang dihukum mati sejak dipindahkan.
Seperti apakah keadaan al-Hol?
Bachelet mengatakan keadaannya "sangat di bawah standar".
Kamp mengalami peningkatan penghuni dari 11.000 orang menjadi lebih dari 70.000 sejak runtuhnya daerah kekuasaan terakhir ISIS di Baghouz.
Wartawan BBC, Quentin Sommerville yang mengunjunginya pada bulan April mengatakan tempat itu "hampir meledak".
Dia melaporkan ratusan anak-anak yang dibawa ke Baghouz meninggal dunia dan sisanya berisiko terkena penyakit.