TRIBUNNEWS.COM, DAYTON - Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, pelaku penembakan massal Ohio, tepatnya di Dayton, Amerika Serikat (AS), membunuh sembilan orang korbannya.
Pernyataan itu diungkapkan Wali Kota Dayton Nan Whaley dalam konferensi pers.
Dilansir AFP Minggu (4/8/2019), dia menyebut pelaku menggunakan pelindung.
"Tersangka penembakan massal Ohio menggunakan senapan serbu sejenis AK dengan magasin berkapasitas tinggi ketika menyerang kawasan bar dan hiburan malam Oregon," paparnya.
Whaley menerangkan hanya dalam hitungan menit, tim penegak hukum yang merespons langsung penembakan massal tersebut bisa menembak mati pelaku kurang dari semenit.
Baca: Penembakan di El Paso dan Dayton, AS: Setidaknya 29 orang tewas, pelaku akan dihukum mati
Baca: Penembakan di Texas: 20 orang tewas dalam serangan di El Paso
Baca: Pria di Kubu Raya Ditangkap Polisi Karena Berbuat Cabul Terhadap Remaja Wanita
Dia melanjutkan selain sembilan orang dipastikan tewas, penembakan itu juga membuat 27 orang lainnya mengalami luka-luka dan saat ini mendapat perawatan di rumah sakit.
Dikutip dari BBC, Whaley menegaskan bahwa distrik Oregon merupakan salah satu kawasan paling aman di Dayton.
"Serangan tak berhati ini bisa saja terjadi di seluruh wilayah AS," katanya.
Ketika awak media berusaha menanyakan soal aturan pengetatan senjata, dia menuturkan bahwa insiden tersebut dapat dicegah, dan menyebut mereka hidup di negara di mana penembakan bisa terjadi kapan saja.
Insiden penembakan massal di Dayton terjadi kurang dari 24 jam setelah peristiwa serupa di El Paso, Texas, di mana 20 orang tewas dalam serangan di Walmart.
Pelaku penembakan El Paso diidentifikasi merupakan pemuda 21 tahun bernama Patrick Crusius yang sebelumnya mengunggah manifesto rasial sebelum menyerang.
Menyerahkan diri
Pelaku penembakan massal di sebuah toko Walmart di El Paso, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (3/8/2019) akhirnya menyerahkan diri. Tersangka disebut masih berusia 21 tahun.
Dilansir AFP, pelaku yang diidentifikasi media Amerika Serikat sebagai Patrick Crusius itu berasal dari Allen, pinggiran Kota Dallas.
Tersangka dilaporkan menyerah kepada polisi setelah mengamuk dan menewaskan sebanyak 20 orang serta melukai 26 orang pengunjung lainnya.
Media AS menyebut pelaku sebagai orang kulit putih dan mengaitkannya dengan "manifesto" yang dipasang secara online yang mencakup kutipan-petisi yang menentang "invasi Hispanik" di Texas.