Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Peluru kendali Korea Utara yang diluncurkan dari kapal selam 2 Oktober 2019 tidak hanya mudah menghancurkan Jepang tetapi juga bisa sampai Amerika Serikat.
"Peluru kendali atau rudal balistik SLBM (submarine-launched ballistic missile) Korea Utara yang diluncurkan tanggal 2 Oktober 2019 pagi hari, dua unit, bisa mencapai kejauhan sekitar 2.500 kilometer," ungkap Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono, 3 Oktober lalu.
SLBM diluncurkan 2 Oktober 2019 jam 07.10 dan jam 07.27. Yang satu dianggap gagal dan satu lagi mendarat dekat Perfektur Shimane Jepang di daerah eksklusif ekonomi Jepang.
"Rudal tersebut meluncur ke atas dengan ketinggian 900 kilometer. Itu kemajuan teknologi luar biasa. Umumnya ketinggian cukup 90 kilometer namun kali ini 10 kali lipatnya," kata Redaktur Kantor Berita Kyodo Jepang, Masakatsu Oota, Minggu (6/10/2019) dalam acara televisi Beat Takeshi no TV Tackle.
Dengan kekuatan dan teknologi canggih Korut tersebut, sesuai penjelasan Kono, dengan jelajah bisa mencapai 2.500 kilometer berarti bisa mencapai Hawaii dan pantai barat Amerika Serikat.
"Dengan kekuatan rudal terbaru bahkan dari tempat yang tidak bisa kita ketahui sebelumnya yaitu menggunakan kapal selam, Korut ingin menyampaikan pesan kepada dunia terutama Jepang dan Amerika Serikat bahwa dirinya (Korut) tak bisa disepelekan, punya kekuatan cukup untuk menghajar negara lain," tambah Oota.
Sementara komentator lain mantan Gubernur Miyazaki, Higashi Kokubaru juga merasa heran kepada Korea, termasuk Korea Selatan yang kini ribut dengan Jepang.
"Kita mau kedua negara ini berdamai, bicara bersama dengan baik. Tetapi diajak bicara saja mereka tidak bersedia, bagaimana bisa rukun kalau begini," kata Higashi.
Termasuk masalah Pulau Takeshima juga Jepang telah mengajak ke pengadilan internasional atau international court of justice (ICJ) tetap saja Korsel tak mau.
"Kalau ke tempat yang netral seperti ICJ saja Korea tak mau diajak bicara di sana, ya sulit untuk memecahkan masalah bersama," tambahnya.
Sumber Tribunnews.com yang lain, Minggu (6/10/2019) juga mengungkapkan bahwa keanehan Korsel terutama Presiden-nya saat ini juga lebih dekat berteman ke Korut.
"Bahkan pimpinan Korsel itu seperti sudah dicuci otaknya oleh Korut," kata sumber itu.
Namun Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat mengungkapkan bahwa Pemimpin Korut mengeluh kepadanya bahwa janji Presiden Korsel kepada Korut tidak bisa ditepati, sehingga Kim Jong Un menjadi agak kurang percaya kepada Presiden Korsel saat ini.