News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerja Sama dengan Yakuza Jepang, Negeri Sakura Pernah Jadi Produsen Morfin Terbesar di Dunia

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Naoki Hoshino (8 Agustus 1883 - 16 Januari 1978), mantan penguasa Jepang di Manchuria dan mantan Wakil Menteri Pengembangan Industri Jepang

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Masa 50 tahun telah lewat dan banyak dokumen rahasia dibuka untuk umum. Salah satunya terungkap ternyata Jepang pernah jadi produsen morfin terbesar di dunia.

"Keterkaitan penjualan morfin opium dan narkoba Jepang banyak terkait dengan kalangan mafia Jepang (yakuza), untuk mendanai Perang Dunia II di masa lalu," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (15/11/2019).

Keberhasilan Jepang saat itu tak lepas dari salah satu tokohnya adalah Naoki Hoshino, birokrat, pengusaha dan politisi Jepang yang bertugas di Zaman Taisho dan periode awal pemerintahan Shōwa Jepang.

Di Manchuria atau Manchukuo atau Manzhou, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Negara dan memimpin tim birokrat dari Kementerian Keuangan Jepang untuk menyediakan infrastruktur keuangan untuk wilayah baru tersebut pada Juli 1932.

Naoki Hoshino (8 Agustus 1883 - 16 Januari 1978), mantan penguasa Jepang di Manchuria dan mantan Wakil Menteri Pengembangan Industri Jepang (Istimewa)

Keberhasilannya mengelola di Manchuria yang dikuasai Jepang tahun 1930-an, menjadikan Jepang pada tahun 1935 sebagai produsen narkotika terbesar dunia menyumbang sekitar tiga ton atau 10 persen dari total pasokan morfin dunia dan 37 persen dari total produksi heroin.

Menurut kesaksian Jenderal Ryukichi Tanaka di hadapan Pengadilan Militer Internasional Timur Jauh selama jabatannya di Manchuria, pendapatan yang diperoleh dari opium dan lalu lintas narkotika lainnya menjadi sumber utama pendapatan bagi pemerintah Manchukuo.

Sejak 1937 Hoshino menjabat sebagai Wakil Menteri Urusan Keuangan Jepang dan mengawasi penciptaan dan secara pribadi mengarahkan Biro Monopoli Opium Negara yang menyebarkan penggunaan narkotika massal pertama di Manchuria dan kemudian di Cina sebagai cara untuk melunakkan perlawanan publik terhadap pendudukan dan ekspansi Jepang sambil menghasilkan keuntungan besar.

Baca: Konbini di Jepang Tak Lagi Beroperasi 24 Jam Per Hari, FamilyMart Berikan Insentif Bulanan

Baca: 5 Potret Foto Prewedding Boy William & Karen Vendela, Penuh Romantis dengan Tema Hitam & Putih

Di bawah kekuasaannya, puluhan ribu hektar diambil alih oleh dunia bawah tanah Jepang dan diproduksi pohon poppy.

Sementara lusinan laboratorium dibangun untuk mengubah menjadi opium dan menjadi berbagai tingkatan morfin dan heroin, sehingga ekonomi Manchuria menjadi sangat terikat kuat dengan obat-obatan.

Hoshino yang juga sempat menjadi Wakil Menteri Pengembangan Industri Jepang, tercatat sebagai penjahat perang kelas-A setelah perang berakhir.

Setelah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, ia dibebaskan, dan kemudian menjabat sebagai presiden Asahi Kaiun dan Presiden Diamond.

TABEBUYA MEKAR - Bunga Tabebuya bermekaran di kawasan Marmoyo (depan Kebun Binatang Surabaya) hingga Jl Diponegoro, Kamis (25/7/2019). Tabebuya adalah jenis tanaman yang berasal dari Brasil dengan karakteristiknya sama seperti pohon sakura saat berbunga hingga berasa seperti Jepang dengan bunga sakuranya. (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ) (SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Sebagian narkotika yang diproduksi di Manchuria diekspor ke Jepang di mana digunakan oleh anak perusahaan industri tembakau Mitsui dari Mitsui zaibatsu dalam produksi rokok yang dipasarkan khusus untuk pasar Cina yang mempunyai merek populer di Timur Jauh "Golden Bat".

"Tujuannya tentu cari uang (dana) untuk perang saat perang dunia di masa lampau," tambah sumber itu.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini