TRIBUNNEWS.COM - Satu hari seusai Presiden Donald Trump dimakzulkan oleh DPR Amerika Serikat karena penyalahgunaan kekuasaan dan obstruksi Kongres, beragam pertanyaan lanjutan muncul terkait waktu dan ruang lingkup sidang Senat.
Sidang Senat tersebut menantikan mengenai sikap Donald Trump terhadap Ukraina.
Dilansir dari portal berita washingtonpost.com, para pemimpin DPR Amerika Serikat menyarankan adanya kemungkinan penundaan Sidang Senat.
Penundaan tersebut diharapkan sampai pihaknya bisa mendapatkan jaminan pengadilan berjalan adil di Senat.
Pemimpin Senat Mayoritas, Mitch McConnel (R-ky) mengungkapkan dalam sebuah pidato dengan tegas mengkritik proses DPR.
Menurutnya, DPR terburu-buru dan tidak adil.
Ia kemudian menyarankan agar Ketua DPR, Nancy Pelosi (D-Calif) terlalu khawatir untuk mengirimkan hasil kinerja yang buruk.
Donald Trump merupakan presiden ketiga dalam sejarah Amerika Serikat yang dimakzulkan.
Trump memberikan pujian kepada Persatuan Republik, Kamis (19/12/2019), yang menentang langkah pemakzulan tersebut.
"Itulah yang dibicarakan orang," klaim Donald Trump.
Fakta-fakta Pemakzulan Donald Trump
1. Pemakzulan Donald Trump oleh DPR menciptakan tanda tak terhapuskan pada sejarah kepemimpinannya.
2. Seusai dimakzulkan, Donald Trump menghadiri unjuk rasa dan mendengarkan dan turut bersorak, tidak peduli dengan apa yang terjadi.
3. Di sisi lain, meskipun pemakzulan Donald Trump masuk dalam sejarah, pemakzulan tersebut hanyalah cara untuk memperebutkan kursi kepresidenan.