News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Triangle Ekonomi Indonesia, Australia dan Timor Leste Masih Sebatas Wacana

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPD RI dari NTT Abraham Liyanto.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun 2012 lalu, mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan mantan Perdana Menteri Timor-Leste Xanana Gusmao menyepakati pembentukan Segitiga Pertumbuhan (Growth Triangle) Timor Leste, Indonesia dan Australia (TIA-GT). 

Growth triangle adalah sebuah kawasan yang mempromosikan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara terintegrasi untuk tiga negara, terutama yang berada di perbatasan seperti provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Darwin (Australia) dan Timor Leste. 

Growth triangle bertujuan mempercepat pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya, mengembangkan industri manufaktur, meningkatkan sumber daya manusia, serta membangun hubungan kerja sama yang lebih kuat antara tiga negara yang terlibat.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)  RI dari Provinsi NTT Abraham Liyanto mengemukakan growth triangle masih sebatas wacana.

Sejak pertama kali terbentuk, dia selalu terlibat dan mengikuti berbagai diskusi yang dilakukan. Namun hasilnya, sampai saat ini belum ada program yang bisa dieksekusi.

“Sudah hampir 10 tahun, belum ada hasil apa-apa. Memang tidak bisa putus asa. Harus selalu diperjuangkan. Kita berharap di masa-masa mendatang sudah ada aksi nyata atas ide itu,” kata Abraham di Jakarta, Jumat (20/12/2019).

Ia mengaku pada pertengahan November lalu mengikuti diskusi yang diadakan Kementerian Perekonomian, bidang koordinasi kerjasama ekonomi internasional.

Tindaklanjut dari pertemuan itu, pada awal Desember ini, dirinya mengikuti pertemuan lanjutan terkait growth triangle di Darwin, Australia.

Dia hadir sebagai Ketua Kadin Provinsi NTT dan selaku anggota DPD asal Provinsi NTT.

Perwakilan dari pemerintah Indonesia dan Timor Leste juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Hasilnya, tiga negara masih membahas dasar hukum penyatuan kegiatan antara ketiganya. Termasuk menyelesaikan berbagai aturan di negara masing-masing yang bisa menghambat terbentuknya kawasan tersebut.

“Persoalan regulasi di masing-masing negara memang masih menjadi kendala. Ini yang dibereskan. Kita berharap tahun depan sudah selesai semua sehingga segera ada aksi nyata,” ujar Abraham yang sudah tiga periode menjadi anggota DPD.

Meski demikian, dia menegaskan ada hasil positif yang didapat yaitu akan ada penerbangan langsung dari Darwin ke Kupang, demikian juga sebaliknya.

Demikian pula penerbangan dari Darwin ke Kupang hingga Timor Leste atau sebaliknya.

Namun kapan mulai penerbangan itu belum dapat dipastikan.

Hal itu bergantung proses regulasi yang masih tertunggak di masing-masing negara dan minat para maskai penerbangan.

“Kalau sudah penerbangan langsung akan bagus. Itu menjadi langkah awal. Mobilitas barang dan orang dengan sendirinya menjadi cepat jika ada penerbangan langsung,” tutur Abraham.

Saat masih menjabat tahun 2015 lalu, Wakil Gubernur NTT, Benny A Litelnoni pernah mengatakan agar perlu kajian sosiologis dan geografis untuk merealisasikan kawasan tersebut.

Hal itu agar tidak terjadi ketimpangan dalam kerjasama mengingat masih banyaknya aturan dalam negeri masing-masing negara yang memproteksi usaha tertentu.

Sementara perwakilan dari Charles Darwin University, Ruth Wallace telah menyampaikan hasil kajian sebagai tim independen tahun 2015.

Ada delapan rekomendasi yang diberikan.

Pertama, pemerintah mendorong penguatan fungsi institusi bisnis ketiga negara.

Kedua, pemerintah dan institusi bisnis harus mampu membuka kesempatan hubungan antarmasyarakat sebagai basis penguatan bisnis.

Ketiga, Indonesia dan Australia agar mendukung Timor Leste dalam keanggotaan ASEAN.

Keempat, menciptakan iklim yang mendukung perdagangan dan investasi lewat pengembangan pariwisata.

Kelima, menciptakan branding tourism bersama agar bisa dijual ke luar.

Hal ini penting untuk mengembangkan industri pariwisata sebagai salah satu pilar ekonomi.

Keenam, pertukaran tenaga kerja ketiga negara lewat pengembangan penelitian dan pendidikan juga pelatihan guna pengembangan SDM.

Ketujuh, kerja sama universitas ketiga negara terutama di bidang industri pertanian dan kelautan.

Kedelapan, kerja sama di bidang industri peternakan yang lebih maju.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini