TRIBUNNEWS.COM - Pentagon mengonfirmasi pemimpin militer tertinggi Iran, Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS) di Baghdad.
Kabar tersebut dikonfirmasi setelah kematiannya dilaporkan melalui tayangan televisi pemerintah Iran dan media Irak, Kamis malam (2/1/2020).
Diketahui, Soleimani merupakan Komandan Pasukan Al Quds Garda Republik Iran.
Ia merupakan tokoh kunci politik Iran dan Timur Tengah.
Kematian Soleimani kian memperburuk ketegangan yang sudah terjadi di antara Iran dan AS.
Kabarnya, kematian Soleimani dikhawatirkan akan memicu serangan balasan dari pasukan Iran.
Berikut Tribunnews kutip pernyataan lengkap Departemen Pertahanan melalui portal berita CNBC Internasional:
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang menentukan untuk melindungi personel AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani, kepala Pasukan Pengawal Revolusi Iran-Pasukan Quds, sebuah organisasi teroris asing yang ditunjuk AS.
Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat Amerika dan anggota layanan di Irak dan di seluruh kawasan.
Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds-nya bertanggung jawab atas kematian ratusan orang Amerika dan anggota layanan koalisi dan melukai ribuan lainnya.
Dia telah mengatur serangan terhadap pangkalan-pangkalan koalisi di Irak selama beberapa bulan terakhir - termasuk serangan pada tanggal 27 Desember - yang berpuncak pada kematian dan melukai personel tambahan Amerika dan Irak.
Jenderal Soleimani juga menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad yang terjadi minggu ini.
Pemogokan ini bertujuan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan.
Amerika Serikat akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi orang-orang kami dan kepentingan kami di mana pun mereka berada di seluruh dunia," tulis Departemen Pertahanan AS.
Selang beberapa jam, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengunggah cuitan di akun Twitter.
Ia menjelaskan, pembunuhan Soleimani merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan bodoh.
"AS memikul tanggung jawab untuk semua konsekuensi dari tindak kejahatannya," tulisnya.
Perkembangan terakhir, setelah serangan pada malam tahun baru yang dilakukan milisi yang didukung Iran di Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Kabarnya, hari kedua serangan itu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengerahan sekira 750 tentara AS dari Divisi Lintas Udara ke-92 menuju Timur Tengah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo)